37. Outset

645 93 10
                                    

Lisa hanya duduk di tempat duduknya. Meski sudah menduga, Lisa tetap terkejut karena perkiraan terburuknya masih benar.

Walau duduk sendirian, Lisa masih bersyukur karena Saeron pura-pura tidak mengenalnya. Itu lebih baik daripada disapa tapi nyelekit di hati. Entah punya dendam apa alam ini padanya. Mereka masih membuat Lisa dan Saeron sekelas.

"Halo, apa tempat duduk di sampingmu kosong?"

Lisa menoleh ke asal suara, dan melihat seseorang akhirnya menghampiri dan bicara padanya. Lisa yakin orang itu menatap ke arahnya.

"Y-ya, ini kosong, silahkan." Lisa berusaha tetap mempertahankan kontak mata dan tersenyum untuk memberikan kesan ramah.

"Terima kasih. Namaku Dita, dari Indonesia, dan kau adalah?" Dita menaruh tasnya dan duduk di kursi samping Lisa.

"Aku Lisa, Choi Lisa. Kau dari Indonesia? Kau mengikuti program pertukaran pelajar atau semacamnya?"

"Tidak. Ayahku ada pekerjaan di kota ini, jadi kami pindah."

"Tapi bahasa Koreamu sudah sangat bagus." Ketika melihat Dita tersipu, lalu memukul bahu Lisa pelan sambil tersenyum, Lisa merasa cocok dengannya.

Dita terlihat apa adanya dan tidak ragu mengekspresikan perasaan aslinya.

"Aku berkata jujur, Dita-ssi."

"Tolong panggil aku Dita saja, dan aku akan memanggilmu Lisa saja, boleh?"

"Tentu saja boleh."

Apa benar semudah ini? Lisa mendapat teman di hari pertama, teman yang kepribadiannya agak berkebalikan dengannya. Dita terlihat ceria dan anak yang akan banyak bicara. Lisa sedikit tidak percaya anak seperti Dita mau berteman dengan dirinya yang pendiam saat berhadapan dengan orang-orang yang bukan keluarga dekat.

"Mau ke luar? Kelihatannya hari ini masih akan kosong."

"Tapi kita diminta tetap di dalam kelas, karena akan ada pengumuman dari OSIS katanya."

"Kita bisa pergi ke kantin."

Mata Lisa mengerjap sebab sedikit terkejut ketika Dita tidak ragu memegang dan menarik tangannya.

Di kelas lainnya. Meski merasa agak aneh, Chaeyoung tetap mencoba tersenyum saat seorang anggota OSIS mengedipkan sebelah mata padanya. Laki-laki itu lantas memberikan sebuah pamflet berisi info lebih lengkap terkait event yang akan sekolah mereka adakan pada Chaeyoung. Namun, senyum canggung Chaeyoung segera berubah jadi senyum santai biasa.

Ketika anggota OSIS tadi lanjut membagikan pamflet ke murid-murid lain, tubuh Chaeyoung ramai mendapat senggolan dari teman-temannya. Saat di situasi seperti inilah Chaeyoung merasa sangat dihargai dan dirinya memang sepantas itu untuk disukai banyak orang.

"Chaeyoung, kau pasti akan segera jadi musuh banyak kakak kelas."










______________________




Tidak ada keraguan dalam setiap langkah Jisoo mendekati adiknya, begitu yakin Jennie pernah melakukan hal lebih buruk dari ini pada Hyuna. Terlebih Jisoo mengingat Jennie dan Hyuna pernah satu asrama bahkan sekelas. Padahal Jisoo kira Jennie dan Hyuna berteman baik saat itu, karena Jennie sampai meminta Siwon mengambilkan raport milik Hyuna.

Jennie selalu tidak suka ketika Jisoo menatapnya dengan tatapan itu. Mata Jisoo menyalahkannya.

Jisoo semakin terpancing ketika Jennie meninggikan hati, tidak menunjukkan rasa bersalah di matanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Memangnya apa yang salah? Dia pantas mendapatkannya. Lagi pula itu hanya susu, bukan susu kadaluarsa atau kotoran."

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang