30. Half Friend

717 99 20
                                    

Di dalam mobil yang melaju untuk menjemput Bona, perhatian Jennie seolah tertuju penuh pada ponselnya. Sesungguhnya pikiran Jennie masih tertinggal pada rangkaian peristiwa semalam.

"Jisoo, aku penasaran, kira-kira seperti apa wajah selingkuhan Appa. Padahal Eomma sudah sangat cantik. Orang seperti apa yang Appa pilih untuk menduakan Eomma."

Segala kalimat Jennie diiringi dengan intonasi yang santai. Ditambah mata Jennie yang hanya tertuju pada layar ponsel, menambah kesan kalau Jennie tidak serius dalam membuka obrolan perihal itu. Namun, suatu kepastian, topik yang Jennie pilih seketika menggugah murka yang berusaha Jisoo lupakan.

"Jangan membandingkan Eomma dengannya."

"Aku rasa, selingkuhan Appa memang sebegitu cantiknya hingga--"

"Wanita itu tidak pantas dibandingkan dengan Eomma. Dia itu--" Jisoo segera memegang kendali amarah dan lidahnya.

Jisoo segera sadar dia dikalahkan. Pernyataan Jennie yang sederhana bisa langsung menarik amarahnya keluar. Bisa semudah itu Jennie hampir mendapatkan kejujuran yang dibutuhkan.

"Kau tau siapa dia."

"Tidak." Jisoo menjawab tanpa menunjukkan sedikit pun keraguan.

"Itu bukan pertanyaan."

Jisoo berpaling ke samping, menyembunyikan wajahnya yang semula ditatap Jennie sepenuhnya. "Kau membuatku tidak nyaman."

"Apa sulitnya menjawab dengan jujur? Aku hanya ingin tau, apa tidak boleh? Kenapa tidak boleh?"

"Masalahnya aku yang tidak tau. Aku harus jujur seperti apa lagi?"

"Sikapmu itu menunjukkan seolah kau sedang berbohong. Kau yang mendadak sangat marah lalu berhenti, seperti kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku."

"Kau terlalu banyak membaca novel, sehingga menilai suatu sikap memiliki makna lain. Aku marah ya karena aku tidak suka terus mengingat Appa sudah menyukai wanita lain. Apa kemarahanku itu tidak wajar?"

Jennie kembali bersandar di tempat duduknya. Mungkin saja benar yang Jisoo katakan, Jennie terlalu banyak membaca novel daripada buku pelajaran dan terlalu menduga-duga sesuatu.

"Kita tidak usah ke sekolah Chaeyoung dan Lisa. Kita ke rumah Halmeoni saja. Kalau tetap dilanjutkan, palingan nanti aku jadi kacang di antara kau dan Bona."

Jisoo tidak menanggapi, cuma meresapi dalam diam. Dia takut salah ucap, juga ada perasaan tidak enak jika mengungkapkan fakta bahwa hubungan persaudaraan mereka memang tidak dekat.

"Setidaknya... kau bisa mulai menganggapku setengah temanmu. Setengah saja tidak apa-apa, hanya untuk formalitas saja pun tidak apa-apa. Rasanya tidak nyaman saja, kau lebih percaya pada Bona daripada padaku, Chaeyoung, atau Lisa."

"Kau juga tidak pernah bercerita apa pun padaku, artinya kau juga tidak percaya padaku, bagaimana aku bisa menganggapmu setengah temanku?"

"Karena memang tidak ada yang perlu kuceritakan padamu. Memangnya kau ingin tau tentang apa dariku? Aku tidak terlalu pendiam sepertimu."











______________________




Lisa pamit ke kamar mandi demi menenangkan diri. Dia benar-benar butuh ruang di mana hanya dirinya sendiri yang menghirup udara di ruang tersebut.

Gaun kuningnya masih rapi dan kecantikan Lisa masih begitu terpancar. Dalam langkah agak terburu, akhirnya Lisa sampai di depan kaca wastafel. Hanya Lisa yang tahu seberapa merasa tertekan dirinya sekarang.

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang