Jisoo baru sampai di rumah Irene yang prasaja. Duduk di sofa ruang tamu, menunggu Irene yang sedang berganti pakaian.
[Prasaja : Sederhana]
Jisoo sendiri bingung alasan Irene harus ganti baju. Mereka tidak akan pergi ke mana pun. Jisoo datang ke rumah Irene karena mereka membuat janji akan belajar bersama di rumah Irene.
Jisoo tahu, kegiatan ini lebih sepele daripada tetap di rumah dan menunggu kepulangan Jennie. Namun, Jisoo yakin adanya dirinya atau tidak di rumah, itu tidak akan membawa perbedaan.
Jisoo juga ingin menghirup sedikit udara segar, ingin keluar dari rumahnya yang terasa sedikit pengap karena perang dingin Siwon dan Yoona.
"Apa kau berencana pergi ke suatu tempat?"
"Kau tidak lihat? Aku baru ganti baju. Aku mau membeli bahan-bahan roti untuk toko roti ibuku. Kau mau ikut?"
Jisoo melongo di tempat, hatinya sedikit dongkol mendapat jawaban itu. "Kau tidak lihat? Aku sudah ada di sini. Kita sudah membuat janji ini dari lama. Apa kau mengusirku? Kalau kau memang sibuk, aku akan pulang. Aku juga mau ke suatu tempat."
Irene menatap Jisoo yang mendadak begitu kesal dengan bola mata tak percaya. "Serius sekali hidupmu." Irene tertawa sebentar. Memang selalu menyenangkan menggoda hidup Jisoo yang kaku.
Jisoo meredakan tensinya. "Kau selalu menghadapi semuanya dengan santai. Bagaimana caranya?" Rasanya Jisoo sampai lelah dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia diciptakan tanpa ada kata santai dalam hidupnya.
"Ayo pergi keluar. Ini masih musim liburan, tapi kau ingin belajar? Pantas hidupmu rasanya datar."
Jisoo keluar lebih dulu, menunggu Irene yang masih mengunci pintu.
"Oh iya, kau mau pergi ke mana memang? Kita bisa ke sana dulu kalau memang mendesak."
"Amour corner."
Irene sontak menatap Jisoo terkejut, bisa dibilang lebih pada bahagia. "Kau akan berkencan? Apa dengan Suho?"
"Hissshh." Jisoo menyingkirkan tangan Irene yang semula menyangga pada bahunya. "Sekali lagi kau kurang ajar begitu padaku, aku akan membunuhmu."
Jisoo ingat betul bagaimana reaksi Irene saat Jisoo menceritakan tentang dirinya yang menolak cinta Suho. Irene justru tertawa saat itu. Irene bahkan menertawakan wajah Jisoo yang pucat saat ada di tengah lapangan belakang.
Sama seperti sekarang, itu selalu membuat Irene tertawa ketika mengingatnya. "Suho kan tampan dan anak hits, kenapa menolaknya?"
"Bukan tipeku saja. Sudah jangan bahas dia lagi."
"Oke, kita ke amour corner saja."
"Tapi kau bilang--"
Irene merangkul pundak Jisoo, dengan sedikit memaksa agar Jisoo bergerak lebih cepat. "Sudah, ikut saja."
Setelah beberapa saat mengendarai mobil yang dikemudikan oleh sopir Jisoo, mereka akhirnya sampai di amour corner. Tempat itu selalu dipenuhi pasangan. Entah apa saja yang mereka lakukan. Taman luas dipayungi pepohonan rindang, lalu dihiasi beberapa kios makanan, amour corner memang tempat yang nyaman.
"Aku belum makan, ayo cari makanan dulu."
Jisoo hanya mengikuti ke mana pun langkah Irene memimpin. Mereka berhenti di depan sebuah rumah makan cepat saji, di seberang taman.
"Ayo masuk."
Tingkah Irene selalu bisa membuat Jisoo heran. Padahal restoran itu saja belum buka, tapi Irene menarik Jisoo masuk seenaknya seolah itu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...