43. A Special Night

525 83 14
                                    

Jisoo ke dapur dengan dua bungkus kopi instan. Suara dentingan yang kemungkinan berasal alat dapur yang beradu menghentikannya maju lebih dekat. Setahu Jisoo, seharusnya sudah tidak ada maid di dapur. Hampir lupa, Jinyoung masih tinggal di sini.

Jisoo berusaha lebih keras, mencoba terbiasa dengan Jinyoung. Jisoo maju memasuki area dapur. Langkahnya mendadak berhenti menemukan sosok lain yang asing.

Jisoo melangkah lebih dekat melihat punggung orang itu dengan tangan mengotak-atik isi kulkas. Rambut panjang dan pakaiannya menandakan orang itu bukan seorang laki-laki apalagi Jinyoung. Mungkin ini salah Jisoo yang mengutamakan membuat kopi daripada mengunci pintu utama.

"Permisi, Anda sedang apa?"

Orang itu berbalik.

"Oh, hai."

Jisoo mundur selangkah saat gadis itu maju terlalu dekat untuk ukuran seseorang yang baru dikenal, bahkan Jisoo tidak kenal.

"Adiknya Jinyoung?"

Jisoo mengangguk ragu.

"Jinyoung-ah, kau punya adik yang cantik, kenapa tidak kau gunakan dia? Jangan-jangan kau sudah pernah---"

"Jangan sembaranganlah."

Jisoo melihat Jinyoung melewati dari belakangnya. Kelihatannya otak mereka klop, antara Jinyoung dan gadis itu.

Jisoo menuju pantry. Merasa tidak perlu mengurusi mereka. Kemungkinan besar itu kekasihnya Jinyoung. Lagi pula mereka juga sudah sama-sama dewasa dan bisa berpikir.

"Kau temukan dessert-nya?"

Jisoo salah kalau berpikir dirinya tidak akan terganggu. Jisoo rasa dirinya akan selalu menjaga sikap ketika ada di rumah orang. Jisoo berusaha bersikap biasa saja, lagi pula sekarang Jinyoung menganggap ini rumahnya.

"Aku sudah tidak ingin."

"Baiklah, ayo ke kamarku."

Kepala Jisoo terangkat menatap mereka. Jisoo pikir ini kurang bisa diterima mengingat sudah tengah malam.

"Oppa, apa Eomma tau?"

"Akan tau kalau kau mengadu. Apa harus meminta izin untuk setiap hal? Dewasalah, Jisoo. Ini hal yang biasa saja."

"Apa Oppa akan melakukan ini kalau ada di rumah Oppa sendiri?" Nafas Jisoo berhembus lebih lambat.

Ketika Jisoo melihat lagi kejadian terdahulu, Jinyoung itu selalu saja seenaknya, dan Yoona terus menganggap itu maklum, mungkin itu membuat Jinyoung sedikit lupa diri.

"Apa Oppa pernah melakukan ini di rumah Oppa sendiri?"

"Oke, oke, aku pergi saja. Aku rasa ini keluarga kaya yang baik-baik, kalian pasti tidak menganggap wajar hal seperti ini. Jadi, biar aku yang pergi."

Ketika gadis itu pergi, Jisoo melihat Jinyoung masih berdiri di sana, menatapnya. Tatapan Jisoo tidak pernah meninggalkan mata Jinyoung. Jisoo ingin melihat itu, sisi sebenarnya dari Jinyoung yang kelihatannya selalu legowo.

[Legowo: Ikhlas]

"Kau sangat membenciku, kan?"

Jisoo bergerak mengisi seperempat ruang dalam mug berisi kopi dan gula dengan air panas. "Aku tidak akan begitu kalau Oppa baik pada Eomma dan Appa. Kalau boleh jujur, aku tidak suka ketika kau membedakan sikap pada Appa dan Eomma dengan ketika kau bersikap pada ayah dan ibu kandungmu. Aku dengar semuanya. Jangan pernah membentak ibuku, seperti kau tidak pernah membentak ibumu."

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang