29. Kinda Hurt

766 105 20
                                    

Lain halnya dengan Jisoo yang begitu menikmati kebebasannya di rumah karena Siwon, Yoona, Chaeyoung, dan Lisa sudah berangkat, Jennie justru seperti cacing kepanasan yang tidak bisa diam sebab bosan.

Ini sudah keempat kalinya Jennie membuka kamar Jisoo tanpa tujuan yang jelas lalu menutupnya tanpa masuk ke dalam.

Jisoo bersumpah akan menyerampang Jennie dengan bantal jika sampai Jennie membuka lagi pintu kamar tanpa ada kepentingan.

Buk!

Wajah Jennie, gerak tubuhnya, dan tangan Jennie yang masih memegang gagang pintu, berhenti seolah waktu sedang beristirahat.

Jisoo agak mengangkat kepalanya dari bantal untuk melihat kalau lemparannya barusan tepat sasaran. Setelah menemukan wajah Jennie yang menerangkan kejengkelan, kepala Jisoo kembali turun menempel pada bantal yang ditidurinya dengan perasaan hati lebih puas.

"Yak!" Jennie mengerang tak terima karena Jisoo menimpuk wajah mungil dan manisnya dengan benda sebau bantal Jisoo. "Apa kau tidak bisa bersikap manis sedikit?!"

"Sudah pergi ke kamarmu sana. Belajar sana, supaya tidak seperti tong kosong nyaring bunyinya."

"Semalam, kepalamu itu, kepalamu yang isinya banyak itu, yang tidak seperti tong kosong itu menempel di pundakku, di pundak tong kosong nyaring bunyinya, minimal kau harus mengucapkan terima kasihlah padaku."

Jisoo sudah mengucapkannya semalam. Jisoo ingat dengan jelas setiap detail yang terjadi semalam. "Jennie, jika tidak punya topik yang perlu dibahas, diam saja. Semakin banyak kau bicara, semakin terlihat di mana letak kebodohanmu."

Jennie melemparkan diri ke ranjang Jisoo. Semakin mengusik Jisoo dengan gerakan memantul kasur akibat berbaringnya Jennie ke ranjang yang tidak santai.

"Ayo ke sekolah Chaeyoung dan Lisa."

Jisoo masih tidak menjawab, malas sekali meladeni Jennie yang tidak pernah serius dan banyak omongnya, mirip sekali dengan Chaeyoung.

"Kita lewat pintu belakang sekolah. Aku jamin tidak akan ketahuan."

Jisoo yang dari tadi memejamkan mata karena berusaha menemukan kedamaian, justru terus diusik oleh kelakuan dan celotehan Jennie yang tidak berdampak penting.

Masih dalam posisi terbaring, Jisoo menatap Jennie. Bukan karena tertarik oleh ide gila Jennie yang sepertinya cuma main-main, Jisoo ingin sekali menemukan keseriusan di wajah Jennie atas ucapan tadi.

Jisoo juga tidak percaya pada ucapan Jennie. Mereka sekolah di SMP yang sama. Tiga tahun sekolah di sana, Jisoo tidak pernah dengar apalagi melihat pintu belakang yang Jennie sebut.

Melihat tatapan Jisoo yang kelihatannya tidak paham, Jennie tengkurap dengan memandang Jisoo sepenuhnya. "Jangan bilang kau tidak tau kalau ada pintu belakang di sekolah itu."

"Mmm... yea--"

"Kudet sekali!" Jennie sangat puas. Inilah bukti bahwa dirinya lebih berpengetahuan dan berpengalaman dari Jisoo yang selalu Yoona bangga-banggakan.

"Ayo, akan kutunjukkan. Ayooo..." Jennie menarik lengan Jisoo agar mau meninggalkan tempat tidurnya.

Jisoo masih ragu, makanya dia hanya diam, membiarkan Jennie kesulitan menariknya.

"Jisoo, ayolahh!"

"Kalau sampai ketahuan, Appa dan Eomma pasti marah."

Jennie berhenti menarik Jisoo. "Kau sudah mau kuliah dan hanya itu yang kau takutkan? Bagaimana mau tidur dengan pacarmu kalau begitu. Tidak akan ketahuan. Aku yang akan tanggung jawab." Seharusnya Jennie juga tidak heran, Jisoo kan memang pecundang.

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang