Makan malam mereka sudah selesai. Jika biasanya hanya kursi Siwon yang kosong, malam ini kursi Jisoo pun tak diisi pemiliknya.
Jennie, Chaeyoung, dan Lisa masih di meja makan.
"Unnie, boleh aku tidur denganmu?"
Mendengar pertanyaan Chaeyoung yang tertuju pada Jennie, Lisa pergi dari sana. Lisa merasa kehadirannya sudah tidak diperlukan di antara mereka.
"Besok saja ya, Chaeyoung. Aku ingin tidur sendiri malam ini. Ini malam pertamaku di rumah."
Chaeyoung melipat tangan di depan dada. Memasang bibir cemberut di wajahnya. "Unnie terbaikku yang selalu bersamaku mengatakan, dia tidak menganggapku sebagai adiknya lagi."
"Aku tidak bilang begitu. Aku hanya bilang aku tidak ingin tidur denganmu malam ini."
"It's the same thing."
"Tidur saja dulu bersama Lisa. Besok kita tidur bersama, oke? Bye." Jennie pergi meninggalkan Chaeyoung sendirian.
Apa boleh buat, lagi pula tidur dengan Lisa juga lebih nyaman. Chaeyoung tidak perlu khawatir kena tendang.
"Eomma, besok Appa dan Eomma akan datang bersama-sama kan ke acara perpisahan sekolahku dan Lisa?" Chaeyoung melontarkan pertanyaan itu ketika Yoona kembali ke meja makan untuk melihat apakah Chaeyoung sudah menghabiskan dessert ekstranya.
"Eomma belum bicara dengan Appa, tapi tenang saja, Eomma dan Appa pasti datang." Yoona tersenyum demi meyakinkan putrinya.
Chaeyoung menunduk dirangkul kesedihan. "Rasanya tidak enak saat Appa dan Eomma saling diam seperti sekarang."
Yoona memandang Chaeyoung dengan senyum tipis kesenduan. "Sudah, tidak apa-apa. Pergi dan bantu adikmu. Lili pasti kesulitan memilih pakaian untuk besok ."
Chaeyoung mengiyakan dalam hati, lalu pergi ke kamar Lisa. Saat hampir membuka pintu kamar Lisa, sesuatu menghentikan Chaeyoung.
Pakai selimutmu sendiri.
Chaeyoung teringat kata-kata Lisa waktu itu. Suasana hati Chaeyoung sedang sedikit mellow, dia tidak ingin adu mulut dengan orang lain sekarang. Chaeyoung masuk ke kamarnya untuk mengambil selimut.
Chaeyoung sendiri bingung dengan perasaannya. Kadang dia merasa begitu jengkel saat melihat Lisa, tapi kadang Chaeyoung juga merasa sayang padanya. Chaeyoung pikir memang seperti itulah hubungan persaudaraan. Rasanya seperti ada perasaan tidak suka pada mereka, tapi merasa cinta juga di saat yang sama.
Chaeyoung membuka pintu kamar Lisa. Saat iris Chaeyoung sampai pada Lisa yang berdiri di depan cermin, hati dan mata Chaeyoung terasa memanas terbakar api meski tidak ada api yang membakarnya. Untuk beberapa saat Chaeyoung masih berusaha memperjelas pikiran agar bisa menjawab pertanyaan, apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Lisa-ya..." Suara Chaeyoung terdengar lemah dan terluka. Air mata Chaeyoung sudah menggunung di pelupuknya.
Mendengar panggilan lirih Chaeyoung, Lisa segera menoleh dan secara spontan menyembunyikan tangannya yang memegang korek api. Lisa segera menurunkan lengan bajunya yang semula terlipat ke atas.
Batin Lisa merasa was-was menemukan Chaeyoung mendekat dengan wajah yang sulit dijelaskan arti ekspresinya.
Chaeyoung menjatuhkan selimutnya ke sembarang tempat. Setelah cukup dekat, berusaha meraih tangan Lisa yang disembunyikan di belakang meski akhirnya Chaeyoung tetap kalah.
Dengan nafas sedikit tertahan Chaeyoung menatap Lisa dengan raut merasa sakit dan bertanya-tanya, mengapa?
"Sudah berapa lama kau melakukannya? Kenapa kau melakukannya? Aku bertanya padamu. Choi Lisa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...