53. Mission to Awaken Jennie (Pt. 2)

488 66 23
                                    

Mumpung malam Minggu ya teman-teman. Ambil secangkir kopi, hidupkan pendingin ruangan, menyandar di pojok kamar, jangan lupa dengan selimut yang membungkus diri, karena yang ini panjang sekali.



[Hari Kedua]

Masih merasa geram, Jisoo melangkah dalam diam di samping dua adik kembarnya.

"Unnie, sojunya ke mana? Unnie meminumnya sendiri?"

Jisoo berhenti berjalan menatap penuh pada Chaeyoung. Itu membuat Lisa memundurkan diri selangkah.

"Oke, oke. Maaf."

"Tidak bisakah kau serius? Jangan bercanda terus."

Ini benar-benar duarius. Lisa tetap akan bisa melihat andai matanya ditutup. Saat-saat seperti ini selalu membuatnya merasa frustrasi. Lisa merasa tidak bisa apa-apa, meski sebenarnya sangat ingin melakukan sesuatu untuk memadamkan api yang sudah membara.

"Aku sudah minta maaf."

"Seakan itu sangat berguna sekarang."

Bibir Chaeyoung merapat. Menahan tangisannya yang sudah dimulai di dalam. "Kenapa Unnie sangat membenciku? Aku tidak memilih untuk terlahir seperti ini. Aku memang sering tertawa, tapi bukan berarti aku tidak pernah menangis." Chaeyoung melarikan diri, berlawanan arah dengan Jisoo yang ingin ke ruangan Jennie.

"Unnie duluan, aku temani Chaeyoung."

Jisoo menggeram bersamaan dengan lanjut berjalan. Semua ada di luar kendali, termasuk mulut dan sikapnya. Semuanya terasa tidak bisa teratur.

Belum sampai ruangan Jennie, Jisoo berhenti sebab melihat wajah yang dia kenal.

Jisoo ikut sedikit membungkuk membalas sapaan orang itu.

"Jennie ... bagaimana?"

Jisoo menghindari menatap wajah Taehyung. "Kim Taehyung-ssi pasti ingin bertemu dengannya, tapi tidak bisa sekarang." Jisoo merasa, mungkin saja bertemu Taehyung akan membuat Jennie segera siuman. "Bagaimana kalau besok saat jam makan siang? Aku akan mengatur semuanya supaya Kim Taehyung-ssi bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan."

Taehyung membungkuk. "Tentu saja. Aku sangat berterima kasih, Jisoo-ssi. Aku akan menunggu di sini sebelum jam makan siang."

"Baiklah, aku pergi dulu." Jisoo membungkuk untuk berpamitan. "Sampai jumpa." Jisoo melangkah dengan sedikit lebih banyak harapan. Tidak masalah siapapun yang berhasil membangunkan, yang terpenting adalah mereka semua bisa segera melihat tanda kehidupan kembali ke mata Choi Jennie.

Sangat pelan Jisoo membuka pintu itu. Dia menahan diri mendekat saat mendengar suara isakan ibunya.

Jisoo bertemu mata dengan ayahnya yang duduk di sofa bersama pandangan redupnya. Saling melempar isyarat untuk tidak mengganggu Yoona.

"Jennie-ya, Sayang, Appa dan Eomma sangat menyayangimu. Sangat-sangat menyayangimu. Mungkin Appa dan Eomma sangat kurang dalam menunjukkannya. Maafkan Eomma." Yoona mencium begitu dalam punggung tangan putri keduanya. Mengusap kepala Jennie yang terbalut perban. "Jennie-ya ... untuk Appa dan Eomma, hasil ujian itu tidak lebih penting darimu, Nak. Ada banyak universitas di seluruh dunia, tapi Jennie kami hanya ada satu. Maafkan Appa dan Eomma. Maafkan Eomma, yang membuatmu merasa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Itu tidak benar sama sekali. Kau bisa mendengar Eomma, bangunlah, Sayang."

Jisoo keluar dari sana. Malam itu dia hanya menunggu di luar ruangan. Mendengar perkataan sedalam itu tidak mempan, dia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan.


Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang