5. An Awful Day

851 88 22
                                    

Rasanya begitu berat kaki Jisoo melangkah meninggalkan kamarnya. Satu dari banyaknya hal yang tidak Jisoo sukai adalah menghadiri acara yang tidak membawa kepentingan apa pun menurutnya. Hari ini ada bazar di sekolahnya. Hanya sebagai acara terakhir sebelum menyambut libur semester akhir.

Seharusnya itu tidak diwajibkan, karena tidak semua siswa atau siswi ingin menghabiskan uang bulanan mereka. Ini justru sebaliknya, bahkan disediakan daftar hadir siswa. Dengan ancaman, bagi siswa yang tidak hadir akan mendapat hukuman istimewa. Bagi Jisoo yang memang selalu berpikir berlebihan, tidak mungkin tidak menghadiri acara itu.

"Sooyaa! Bangunkan Chaengie dan Lili!"

Itu teriakan ibunya. Jisoo yang hampir menuruni tangga berbalik untuk membangunkan Chaeyoung dan Lisa.

Tanpa permisi Jisoo membuka pintu kamar Chaeyoung. Sesuai dugaan, Chaeyoung berpose di depan cermin memuji dirinya sendiri. Itu memang sifatnya. Jisoo bisa memakluminya. Lagi pula Jisoo sangat mengenal ibunya Chaeyoung.

"Miss Universe, kau bisa telat. Cepat turun ke bawah."

"Unnie terlihat cantik saat memujiku."

Alis Jisoo terangkat merasa bosan menghadapi Chaeyoung yang selalu narsis.

Chaeyoung selalu santai dalam menjalani hidupnya. Dia sama sekali tidak kebingungan meski semalam tidak sempat bangun untuk belajar karena alarmnya tidak berbunyi. Chaeyoung agak heran sebenarnya. Perasaan dia sudah menyetel alarm pukul dua pagi di ponselnya.

Jisoo menuju kamar Lisa untuk mengajaknya turun ke bawah. Ini agak lain dari biasanya. Dalam keseharian, Lisa selalu menjadi yang paling awal ada di meja makan saat sarapan. Sekarang Jisoo belum menemukan Lisa meski sudah masuk ke dalam kamarnya.

Jisoo menuju bilik kamar mandi. Pintu kamar mandi langsung terbuka meski Jisoo belum menyentuhnya. Jisoo agak terkejut, tapi lebih terkejut lagi saat menatap wajah Lisa.

"Kau mimisan?"

Lisa mengganti tisu yang telah ternoda darah dengan tisu lainnya. Berusaha menyembunyikan fakta meski sudah tertangkap basah. Lisa menghindar dari hadapan Jisoo. Lisa takut mungkin Jisoo jijik melihatnya. Lisa tidak sering mimisan, hanya terjadi ketika dia sedang kelelahan.

Jisoo segera mengikuti langkah adiknya. "Apa kau sedang sakit? Duduklah. Aku harus apa, ya?" Jisoo justru bingung sendiri menghadapinya. Dia tidak punya pengalaman apa pun tentang mimisan.

"Tidak apa-apa, Unnie. Nanti juga akan berhenti sendiri."

"Aku bilang Eomma, ya? Supaya kau istirahat saja di rumah. Pasti akan ada ujian susulan. Lihat, bajumu ada darahnya. Tunggu di sini."

"Unnie." Lisa menahan pergerakan Jisoo yang siap melesat. "Aku baik-baik saja." Kekhawatiran Jisoo sedikit menggetarkan hati Lisa. Jarang sekali Jisoo mengeluarkan perasaan yang dirasakannya secara intens seperti tadi. Ternyata Jisoo juga bisa bersikap seperti kebanyakan kakak yang menyayangi adiknya(?)

"Lalu aku harus bagaimana? Kenapa kau santai sekali, huh? Apa kau sering mengalaminya? Apa saja yang kau lakukan? Apa Eomma mengetahuinya? Lisa..."

Lisa menarik Jisoo agar duduk di sampingnya. "Aku rasa Unnie yang butuh duduk." Lisa mengamati wajah Jisoo yang masih saja terlihat begitu khawatir. Meski hampir setiap kalimat yang Jisoo ucapkan tadi bernada tinggi, Lisa tahu itu terjadi karena Jisoo merasa khawatir. "Aku sungguh baik-baik saja. Aku akan tetap pergi ke sekolah. Namun, seragamku jadi kotor."

"Apa benar tidak apa-apa?"

Lisa mengangguk pasti, meyakinkan kakaknya.

"Baiklah, akan kutanyakan pada Eomma di mana seragamku yang dulu. Kau tunggu di sini."

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang