21. Fray

571 93 19
                                    

Perang dingin antara Siwon dan Yoona kini dimulai setelah perang panas mereka. Tidak saling menatap dan tidak saling bicara sejak mereka sampai di rumah. Tidak ada percakapan meski berada di satu meja makan. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Yoona untuk Siwon, dan sebaliknya.

Itu membuat Jisoo, Chaeyoung, dan Lisa selalu menghela nafas diam-diam di dalam hati mereka. Entah akan seberapa lama terjadi. Mungkin tiga hari, seminggu, sebulan, setahun, atau seumur hidup. Tiga putri Choi memasrahkan semuanya pada kehendak alam.

Keluarga Choi, tanpa Jennie tentunya, sedang sarapan di meja makan. Memang tidak selalu, tapi terkadang Siwon sempat sarapan di rumah, seperti hari ini.

Di meja makan memang selalu senyap, tapi karena adanya fakta Siwon dan Yoona yang masih belum berbaikan, membuat kesenyapan kali ini terasa tidak nyaman.

"Eomma..." Chaeyoung dengan perasaan agak takut akhirnya menarik obrolan. "Aku ingin ikut menjemput Jennie unnie."

"Bagaimana kalau kita bersama-sama menjemput Jennie unnie?" usul Lisa menyambung ucapan Chaeyoung. Wajah Lisa sudah antusias. Dia pikir ini kesempatan yang tepat untuk mendekatkan ayah dan ibu mereka.

Jisoo sangat paham maksud terselubung Lisa, tapi tidak yakin keadaannya akan semudah itu.

"Appa tidak bisa ikut, kalian saja yang pergi."

Yoona menatap Chaeyoung dan Lisa. "Biar Eomma saja yang menjemput Jennie unnie, kalian di rumah bersama Jisoo unnie menyiapkan kamar Jennie unnie."

"Yasssss, setuju!" seru Chaeyoung menjadi yang paling bersemangat. Chaeyoung akan memberikan sambutan paling bergelora untuk ratunya.

"Tapi aku sudah ada janji dengan Irene."

"Bilang saja padanya kalau kalian tidak jadi bertemu. Nini itu adikmu, Sooyaa. Kalian tidak bertemu dalam waktu yang lama."

Jisoo hanya bungkam, tidak berminat melawan ibunya. Semua yang Yoona perintahkan pasti akan selalu terjadi.

"Jisoo sudah bertemu Jennie saat pengambilan raport." Siwon menyahut tanpa menatap pada Yoona, bersikap seolah itu bukan balasan untuk pernyataan istrinya. "Jisoo-ya, tidak masalah jika kau ingin pergi bersama temanmu. Kau bisa bertemu Jennie setelahnya." Siwon meninggalkan meja makan.

Kini mata Jisoo, Chaeyoung, dan Lisa sama-sama menatap pada ibu mereka. Peperangan antara Siwon dan Yoona tak kunjung mereda, malah mungkin akan semakin parah.

"Habiskan makanan kalian."

Setelah sarapan, seperti yang disepakati, hanya Yoona yang pergi menjemput Jennie. Jisoo menuju kamarnya untuk bersiap-siap sebelum pergi ke rumah Irene.

Begitu keluar dari kamarnya, Jisoo berpapasan dengan Chaeyoung dan Lisa yang baru mau masuk ke kamar Jennie. "Tidak mau menitip sesuatu untuk Jennie?" tanya Jisoo pada kedua adiknya.

Lisa menggeleng sementara Chaeyoung hanya diam. Lisa tidak tahu harus memberi apa pada Jennie, lain halnya dengan Chaeyoung yang terdiam bukan karena tidak tahu harus memberi apa, tapi apa yang mau dipakai untuk membeli.

"Chaeyoung?"

"Aku tidak punya uang. Apa Unnie tidak peka? Ini kan akhir bulan." Suara Chaeyoung sudah berbalut dongkol. Padahal Jisoo pasti juga tahu seboros apa Chaeyoung. Jisoo seperti memang niat mengoloknya.

Lisa menelan tawanya. Entah selalu ke mana perginya uang bulanan Chaeyoung hingga selalu kekurangan begitu.

"Katakan saja, nanti kubelikan."

Meski Jisoo mengatakannya dengan nada tak acuh, rasa senang Chaeyoung meningkat drastis.

"Benarkah? Tolong belikan tanghulu strawberry, ya, Unnie. Yang di dekat taman amour corner."

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang