Jisoo masih di sofa ruang tengah ketika dia terbangun. Sepertinya masih terlalu pagi. Rumah ini masih sepi, tidak ada suara gemerincing alat dapur atau langkah kaki.
Jisoo memutuskan pergi ke kamarnya. Dia masih sangat mengantuk. Bayangan merebahkan diri di kasurnya yang luas lalu berselimut hangat menjadi penyebab utama Jisoo sanggup melangkah.
Ketika hampir sampai, Jisoo lebih dulu menemukan punggung ibunya dibanding pintu kamarnya. Yoona sedang mengetuk-ngetuk pintu kamar Jisoo. Jisoo terkesima, tidak biasanya Yoona mengetuk pintu sebelum masuk.
"Eomma, ada apa?"
Yoona berbalik mendapati Jisoo yang terlihat jelas masih butuh tidur. Kelihatannya Jisoo juga baru bangun tidur, entah tidur di mana anak itu.
"Kau tidur di mana? Cuci muka dan ganti bajumu."
Rasa kantuk Jisoo sedikit memudar. Ini masih terlalu pagi untuk mencuci muka lalu ganti baju. Jisoo juga tidak ada kegiatan hari ini. Ini waktu liburan sekolah dan Jisoo tidak berencana pergi ke mana pun apalagi sepagi ini.
Pikiran Jisoo hanya mengarah pada satu hal. Mungkin saja pertengkaran Siwon dan Yoona masih berlanjut semalam. Jika benar itu yang terjadi, tak heran Yoona menyuruhnya segera berganti pakaian.
"Kita akan pergi ke rumah Wehalmeoni?" Jisoo menebaknya dengan tepat.
Itu artinya pertengkaran Siwon dan Yoona berlangsung cukup buruk. Yoona tidak akan pulang ke rumah orang tuanya, kecuali pertengkarannya dengan Siwon berakhir sangat buruk.
"Iya, Eomma akan membangunkan Chaeyoung dan Lisa. Kau cepatlah ganti baju."
"Aku tidak mau ikut." Penolakan Jisoo itu cukup untuk menghentikan langkah Yoona.
Jisoo tidak sedang membela ayahnya. Jisoo hanya tidak ingin berpihak pada siapa pun. Dia tidak ingin ikut campur, tak masalah meski ibunya akan menyebut itu egois atau durhaka.
Meski Yoona berusaha mengabaikan, tapi penentangan Jisoo tetap melukainya. Dalam benak Yoona, Jisoo tidak tahu apa yang telah terjadi. Yoona merasa tidak dipahami oleh putri sulungnya.
Yoona mengira Jisoo sedang menyalahkan Yoona untuk setiap pertengkaran yang terjadi. Itu jelas terlihat betapa Jisoo selalu berusaha untuk membuat Yoona berhenti main serong, lalu sekarang Jisoo juga tidak mau ikut dengannya.
[Main serong : Mendua, selingkuh.]
"Lagi pula, dia memang ayahmu. Tetaplah di rumah kalau begitu." Yoona mendekati Jisoo, menaruh beberapa lembar uang di telapak tangan Jisoo. "Itu uang jika kau ingin pergi ke suatu tempat." Yoona memaklumi. Jisoo tidak mengetahui apa pun tentang Siwon. Jisoo hanya mengetahui kalau ibunya yang selalu bermain api.
Jisoo memasuki kamarnya. Menutup pintu dengan hati-hati walau sesuatu dalam dirinya memaksa untuk menutup pintu itu dengan keras. Jisoo masih berdiri di balik pintu yang sudah tertutup.
Wajah minim ekspresi tampak di sana. Padahal sakit hati terasa mencekiknya. Hanya bayangan terburuk ketika Jisoo mencoba menebak apa yang telah terjadi antara ayah dan ibunya. Itu tidak tertahankan.
Kepalan tangan Jisoo menyerang dinding di sampingnya. Sangat keras sampai dia bisa merasakan sakitnya. Itu sedikit melegakan. Setidaknya sakit hatinya kini sedikit teralihkan pada rasa sakit di tangannya.
Jisoo membanting tubuh ke kasur empuknya. Menenggelamkan dalam-dalam wajahnya di balik bantal. Dia berteriak di sana, tapi tak ada suara apa pun yang keluar. Jisoo tidak pernah memiliki masalah besar di luar. Semua sumber masalahnya ada di rumah ini, keluarganya sendiri.
Di kamar Lisa, Yoona menemukan putri kembarnya yang masih terlelap. Ini memang masih pukul empat pagi. Sepertinya Yoona akan terbiasa melakukan ini, menyamarkan acara minggatnya sebagai liburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...