"Chaeyoung-ah, kau punya ruang sebanyak itu dan memilih menyandar padaku? Geser."
Chaeyoung tak acuh pada teguran Jennie dan tetap memakan makanan ringan dengan mata tertuju pada televisi.
Memang benar yang dikatakan Jennie. Mereka sedang duduk di sofa panjang. Jennie sudah duduk menempel pada lengan sofa, Chaeyoung mendapat ruang lebih banyak tapi tetap mendempet Jennie.
"Rosie..."
Chaeyoung menegakkan badan. Kini menatap Jennie. "Aku harus ke ruang kerja Appa malam ini. Apa Appa akan memarahiku?"
Jennie mengganti chanel televisi. Mencari-cari konten tidak membosankan yang bisa ditonton. "Kita sudah biasa melaluinya. Santai saja. Aku juga akan ke sana. Aku memang menunda supaya kita bisa ke sana bersama."
"Padahal kan Appa sudah tahu sendiri hasilnya."
"Aku rasa kita sudah salah memahami tujuan Appa sebenarnya."
Chaeyoung memperhatikan dengan serius. Meski Jennie terus bicara dengan mata dan aktifitas yang berfokus pada televisi dan pencarian chanel yang tepat.
Mungkin memang benar yang dikatakan beberapa orang, bahwa seseorang akan lebih mendengarkan idolanya daripada ibunya sendiri.
"Jika memang Appa hanya ingin tahu hasil sekolah kita, Appa bisa mengetahuinya tanpa kita yang harus memberitahu. Mungkin Appa hanya ingin bicara dengan kita. Dan Chaeyoung, sebaiknya kau berhenti bermain-main mulai sekarang. Kita harus bisa masuk ke universitas yang Appa dan Eomma inginkan. Jadi seriuslah dalam belajar."
"Jika Unnie serius aku juga akan serius."
"Jadi menurutmu aku tidak pernah serius selama ini?"
Chaeyoung tidak ingat kapan terakhir kali dia melihat atau merasakan keseriusan Jennie, yang Chaeyoung ingat hanya Jennie yang selalu bengal.
"Tenang saja, Unnie, aku tetap menyayangimu meski kau tetap tidak serius. Kalau ada Unnie, aku tidak akan takut meski harus dimarahi Appa nanti."
Tangan Jennie yang memegang remote turun perlahan. Kini wajah dan perhatian Jennie berpusat penuh pada Chaeyoung.
"Kau bilang apa? Katakan sekali lagi."
"Kalau ada Unnie, aku tidak akan takut meski harus dimarahi Appa nanti."
"Sebelum kalimat itu."
"Aku akan selalu menyayangimu." Kedua tangan Chaeyoung membentuk simbol hati yang diarahkan pada Jennie. Ditambah tersenyum semenggemaskan mungkin.
"Kau semakin pintar menggoda. Dengarkan aku dengan serius. Kau boleh bermain-main dengan mereka, tapi tetap ingat batasanmu, mengerti?"
"Siap! Aku gadis yang baik, Unnie." Chaeyoung merasa ada yang kurang jika percakapan mereka kali ini berakhir dengan kalimatnya.
Chaeyoung berusaha melupakan sekali lagi pemikiran yang mengatakan tindakannya nanti akan ditolak Jennie atau akan dinilai sebagai sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Lagi pula dia terlanjur mengucapkan secara terang rasa sayangnya pada Jennie.
Chaeyoung menaruh makanan ringan yang dia pegang ke pinggir. Kemudian memeluk Jennie dari samping berlanjut mencium pipinya sangat rapat, sampai dia bisa mencium bau khas dari pipi Jennie.
"Yak..." Meski timbul nada keberatan dari mulut Jennie, tapi Jennie tetap membiarkan Chaeyoung menyerang pipinya.
"Aku menyayangimu, Unnie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...