═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══Esok hari tiba, Madelynn baru saja sampai di perpustakaan. Salahnya janjian tidak nanya waktu dan meja mana yang akan mereka tempati. Mau tidak mau Madelynn harus mencari seluruh tempat yang ada James Potter. Ia berhenti sejenak, pikirannya menuju meja di pojok yang pernah Sirius tempati ketika Madelynn menjadi tutornya. Benar saja, James Potter dengan Sirius Black ada di sana— dan seorang gadis cantik berasrama Hufflepuff.
Madelynn berdeham menandakan dirinya telah hadir, seketika mereka berhenti berbicara. "Gray! Akhirnya. Aku mulai berpikir kau tidak datang." Ucap James yang dibalas dengusan oleh Sirius.
"H-hi, maaf. Aku tidak tau kau duduk di mana." Gumamnya pelan.
"Shit. Maaf, Gray. Aku lupa memberitahumu." Ringis James sambil memainkan rambutnya yang berantakan. "Duduk Gray."
Madelynn tersenyum kecil, ia duduk tepat di sebelah James dan di hadapan Sirius dan perempuan Hufflepuff. Ia mulai mengeluarkan buku dan beberapa rangkumannya. "Aku sudah merangkum beberapa." Ucap Madelynn. "Err, mau kau apa aku yang menulis?"
"Aku saja!" Seru James. "Aku mempunyai tulisan yang bagus, y'know." Ucapnya meyakinkan.
Gadis Ravenclaw itu tertawa kecil lalu berhenti seketika mendengar decakan lelaki di depannya. Ia menunduk dan memainkan jemarinya. Ini canggung. Hanya ada obrolan Sirius dan gadis Hufflepuff. Madelynn menatap sekitar lalu pandangannya jatuh pada James Potter, ia baru sadar lelaki itu serius ketika sudah mengeluarkan lidahnya sedikit. Seperti sekarang, James menulis dengan serius sampai lidahnya menjulur sedikit. Madelynn tersenyum menahan tawa.
"Hey Gray." Madelynn mematung mendengar namanya keluar dari bibir Sirius. "Kontrol dirimu. James tidak gampang dirayu seperti itu, ia setia dengan Evans, y'know." Ujarnya membuat James berhenti menulis dan gadis Hufflepuff tertawa.
Ouch.
"Sirius, jangan—"
"Hey, Potter." Potong Madelynn. "Aku akan cari buku sebelah sana, ya? Aku rasa materi kita masih kurang." Ia menahan sebisa mungkin agar suaranya tidak bergetar.
"Mau aku temani, Gray?"
Madelynn menggeleng pelan, "tidak perlu." Bisiknya. Lalu ia berdiri dan berjalan secepat mungkin. Nope, ia tidak berniat mencari buku. Itu hanya alasan untuk pergi dari sana, ia tidak akan kuat mendengar ucapan kasar Sirius lagi. Madelynn menyeka air matanya, ucapan Sirius benar-benar kasar jika ia sudah tidak suka. Persis seperti adiknya, Regulus Black. Persis seperti orang tua mereka.
"Permisi miss...?" Tanya seorang lelaki kecil berjubah Slytherin.
Madelynn tersenyum menyamakan tinggi mereka, "Yes? Kau butuh sesuatu?" Tanya Madelynn manis.
"N-no." Ia mengambil buku besar di lantai kesulitan. Madelynn dengan baik hati membantu, "I-itu buku yang kau butuhkan miss untuk tugas ramuanmu." Jelas lelaki kecil itu.
"O-oh! Thank you so much, really." Madelynn meraih buku itu. Ia membuka bukunya dan ada note di dalamnya.
He's an idiot, little raven.
Tulisannya sangat indah, hampir mirip dengan tulisan Sirius malahan. Tapi tidak mungkin dari Sirius. "Siapa namamu, darl—" Baru saja Madelynn ingin bertanya lelaki kecil itu sudah hilang dari hadapannya. Ia melihat sekitar tidak ada orang yang ia kenal. Madelynn lalu meletakkan kertas itu di kantong jubahnya dah segera kembali.
"Maaf lama." Ucapnya kembali duduk di sebelah Potter.
"Merlin, Gray. Aku kira kau kenapa-kenapa." Ucap James khawatir.
Madelynn tersenyum, "aku menemukan bukunya." Ia melihat waktu menunjukkan pukul 6 sore, "Potter bagaimana aku yang mengerjakan sisanya? Sekarang sudah hampir makan malam."
"Umm, okay." Ucap James setuju. Ia merapihkan buku-bukunya dan memberi perkarmen pada Madelynn. "Sini, aku bawakan."
"Tidak per—"
"Sini, Gray." Ia langsung mengambil buku itu dari tangan Gray. "Kau ke Great Hall, kan?" Madelynn hanya mengangguk, "well c'mon, then." ajak Potter. Mereka lalu berjalan bersama ke Great Hall. Madelynn dengan Potter di belakang Sirius dan gadis Hufflepuff. Mereka— berangkulan, bercanda, tertawa dan terakhir yang membuat hati Madelynn teriris— Sirius mengecup gadis itu lembut dan bergumam oh, love! seraya tertawa.
oh, love. oh, love. oh, love. oh, love. oh, love.
Seharusnya aku yang berada di rangkulan itu. Madelynn menghela napas pelan, ia mengerjapkan matanya cepat agar air mata tidak turun. "Sini, Potter."
James mengernyit, "Kau mau kemana?"
"Duduk di asramaku tentu saja." Jawabnya.
"Mengapa tidak—" Ucapannya berhenti ketika melihat Sirius membawa gadis itu ke meja makan Gryffindor. "Oh."
Madelynn tersenyum kecil mengambil buku di tangan James, "Terima kasih, Potter."
"Mau aku temani, Gray?" Tawar James sebelum Madelynn jalan jauh.
Madelynn sontak berbalik, "P-Potter? Tidak perlu, aku bisa sendiri. Terima kasih sebelumnya, kau— kau baik sekali, sungguh."
James mengangguk pelan, "Baiklah. Sampai nanti Gray."
"Sampai nanti, Potter."
Madelynn berjalan ke meja Ravenclaw. Aneh rasanya balik lagi ke meja ini. Dari awal tahun ke lima ia sudah tidak lagi duduk di sini. Awal-awal Madelynn duduk di meja ini banyak yang memberikannya tatapan aneh. Tentu saja, ia dicap pengkhianat asrama karena bergabung dan berteman dengan asrama lain. Bahkan beberapa profesor seperti Flitwick, McGonagall, dan Dumbledore bolak-balik menatap meja Ravenclaw dan Gryffindor. Ia duduk di pinggir dekat meja para profesor.
Sambil menunggu hidangan matanya kembali menatap mantan kekasihnya dengan kekasih barunya. Apakah ini rasanya para mantan Sirius ketika melihat Sirius dengan kekasih baru? Ia sontak mengalihkan pandangan ketika mereka berciuman yang kesekian kalinya. Bisakah Dumbledore cepat menyelesaikan pidatonya?! Ia ingin cepat-cepat kembali ke kamar dan menangis sepuasnya.
Sejujurnya ia penasaran mengapa Sirius lebih mempercayai kesalahpahaman dibandingkan dirinya sewaktu mereka masih ada status. Bukankah kunci dari suatu hubungan adalah kepercayaan? Setidaknya itu yang Ibunya bilang. Omong-omong soal Ibu, Angelina belum tau tentang hubungannya dengan Sirius yang sudah karam. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ibu dan ayahnya. Terlebih Angelina. Ia memang mudah akrab tapi ia tidak segan-segan untuk menyakiti seseorang yang sudah menyakiti keluarganya.
"Let the feast begin!"
Dear Mum,
Liburan akan tiba sebentar lagi, aku sudah tidak sabar. Maaf aku baru menghubungimu sekarang. Belakangan ini tugas-tugas sangat banyak hingga aku tidak ada waktu untuk menulis surat.
Mum, in spite of being back at Hogwarts, I feel alone than ever. Benar katamu, tidak memiliki teman sangat membuat diriku kesepian. Semester ini di Hogwarts sangatlah berat. Jadi maafkan aku jika nilai akhir ku nanti tidak sesuai dengan ekspetasi kalian. Aku ku usahakan agar tidak terlalu jelek. Sampaikan salamku pada Ayah. Aku sangat merindukan kalian. Sampai jumpa di musim panas nanti! I love you.
With Love,
Your only daughter.Ps: Just for your information, hubunganku dengan teman-teman baik-baik saja.
═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══
hi all
aku updatenya kemalaman
gak ya? semoga masih pada
bangun deh hehehejujur pas nulis ini aku kesel
banget banget banget sama
sirius(╯︵╰)btw chapter berikutnya
akan sering dipenuhi oleh
james dan maddie:D
(not as love interest yahh
aku tim jily garis keras:P)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOML ¡ Sirius Black
Fanfiction- in which the potter's is not the only home he found or - in which sirius black found his home ★ • ★ [Sirius Black X OC] [Marauders era]