[ 64 ]

447 52 2
                                    

Selama perjalanan berlangsung tak ada percakapan antara Madelynn dan Sirius. Entah karena canggung diantara ketiga temannya atau memang Sirius tak mau Madelynn berubah pikiran dan mengusirnya. 

Nyaman dan tentram Crookshanks dalam pangkuan Sirius. Tak mau turun, dan jika waktu snacknya tiba ia hanya mau Sirius saja yang memberinya. Bahkan Madelynn dianggap tak ada. Tentu gadis Ravenclaw tersebut merasa sedikit sakit hati. 

Perjalanan masih lumayan jauh. Madelynn cukup lapar hingga perutnya berbunyi, tapi dengan cepat ia berbiacara layaknya Crookshanks yang lapar. "Kau lapar lagi, Crookshanks? Apa snack tadi tidak cukup?" Tanyanya seraya mencari snack kucing di tasnya untuk menutupi pipinya yang memerah. 

Sedangkan Sirius diam-diam menatap Madelynn. Ia tahu betul yang lapar bukan Crookshanks sebab ia tak merasakan getaran. Sirius hanya bisa menahan senyumnya dan mengusap lembut perut Crookshanks, dalam hati berkomunikasi pada kucing tersebut dan keduanya setuju bahwa Madelynn bukanlah pembohong yang handal jika sudah masalah perut. 

"Anything off the trolley, dears?" 

Tanpa berpura-pura lebih lama lagi Madelynn lamgsung berdiri dan menghampiri wanita tua tersebut. Disusul oleh Alice, Marlene dan Mary. Hampir semua jenis cemilan Madelynn beli. Terlihat jelas kantongnya lebih besar dari pada milik teman-temannya. Sebelum masuk Alice, Marlene dan Mary izin pergi ke toilet sebentar dan rencananya ingin menganggu Lily patroli dengan James. Madelynn mengiyakan, ia tak ikut— takut kena semprot Lily. 

"Dimana yang lain?" Tanya Sirius melihat hanya Madelynn saja yang masuk. 

"Toilet." Jawabnya singkat. Madelynn menatap pria tersebut. "Kau tidak beli?" 

"Aku tidak lapar." Jawabnya tenang. Aslinya dalam hati Sirius tersenyum senang mengetahui Madelynn memperhatikannya. "Bagaimana dengan Regulus?" 

"Kau butuh makan." Ucap Madelynn mengalihkan pembicaraan.

Sirius membenarkan posisi duduknya. "Madelynn, dia— dia tidak menyakitimu, kan?" 

Secara langsung Regulus memang tak pernah menyakitinya. Untuk seorang yang didik untuk menjunjung tinggi kemurnian darah dan membenci muggleborn, Regulus Black memperlakukannya dengan baik. Tapi ia juga mengkhianati Madelynn. Saat ini, gadis Ravenclaw tersebut tak mau membahasnya. Ia menggeleng. "Kau butuh makan." Ulangnya 

Baiklah. Sepertinya Madelynn tak mau membahas. Sirius menuruti untuk mengubah pembahasan. "Yeah?" Bisiknya.

"Aku serius, Siri— Black!" 

Sirius tertawa kecil, tangannya memainkan bulu oranye Crookshanks. "Black." Ulangnya pelan. "Jika kau tidak keberatan— kau dapat memanggilku Sirius."

Hening. Sirius menatap Madelynn menunggu jawaban. "Kau yang menyuruhku kalau kau lupa." 

"Madely—"

"Kau ingat? Aku ingat. Tepat didepan lukisan The Fat Lady." Giliran Madelynn yang tertawa kecil. Ia ingat betapa perihnya luka itu. Lalu hening kembali. Hanya mesin kereta yang berani bersuara. "I forgive you." 

"Come again?" 

Madelynn membuang napasnya panjang. "I forgive you, Sirius Black." 

Sirius tidak bisa menahan senyuman. Akhirnya dalam pertama kali setelah beberapa bulan hatinya lega. Tanpa sadar tangannya menggenggam tangan Madelynn yang berada diatas meja. "Thank you, Love!" 

"Please don't call me that." Pinta Madelynn lembut. "Aku memaafkanmu dan berharap menjadi teman yang baik." 

". . . Teman?" 

"We're not ready for a relationship. Ibu bilang kunci dari hubungan adalah komunikasi dan kepercayaan. Apa yang telah kita lewati membuktikan bahwa kita tidak memiliki keduanya. Aku rasa ego mengalahkan keduanya. Ego kita terlalu besar hingga mengorbankan hubungan dan perasaan diantara kita." 

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang