Barty meringis untuk yang kesekian kalinya. Ia menggulung lengan bajunya sampai sikut. Rasa terbakar dirasakannya. Hari ini entah lebih sakit daripada biasanya. Biasanya jika sakit seperti ini maka. . .
"He's mad, isn't he?" Tanya Alyssa pelan. Ia sudah mencoba beberapa mantra untuk mendinginkan rasa bakar tersebut. Tapi sepertinya mantra biasa tidak akan bisa memecahkannya.
"Salazar." Gumamnya menahan rasa sakit.
"Sudah ku bilang membalas dendam pada ayahmu dengan cara ini tak akan berhasil." Entah dari mana Rosier mendapatkan es batu— Barty tak mau tahu. Segera ditempelkannya es batu tersebut di lengan Barty.
"Siapa yang menemaniku jika kalian harus menjalankan perintahnya?" Tanya Barty. Ia memejamkan matanya, ini tidak mempan. Rasa terbakarnya terletak di dalam tubuhnya. "This is useless." Ia melempar asal es batu tersebut.
Regulus yang dari tadi berdiri di pojokan ruangan kini mendekat. "Jangan terlalu pikirkan rasa sakitnya. All you need is a distraction."
"Right. Alyssa come here." Barty menepuk pangkuannya. "Let's make out." kali ini bukanlah rasa terbakar yang ia rasakan, melainkan pusing lantaran gadis tersebut memukul kepalanya dengan tongkat sihir.
Rosier tertawa dan Regulus menahan tawanya. "Lily Evans sudah kembali." Informasi Rosier. Teman-temannya memberi tatapan 'dari mana kau tahu?' "I saw her." Tambahnya.
"You're not. It's a big school, Rosier."
Rosier memutar matanya malas. "I can't help myself. Lukisan-lukisan tersebut mempunyai berita terkini!" Mereka tertawa.
"Is it done? All of her entire family is gone?"
"Afraid so." Jawab Rosier. "Mereka bilang mata Evans membengkak dan merah. Potter memastikan ada seseorang yang menemaninya ke manapun ia pergi."
"Apakah Madelynn sudah tahu?" Tanya Regulus pelan.
"Not yet."
Mereka terdiam. "Bagaimana jika ia tahu?" Tanya Barty berbisik.
"About what?"
Barty menatap Regulus datar. "That we are a bloody death eaters."
Regulus mengalihkan pandangannya ke lengan Barty yang memiliki tanda kegelapan. "Good thing she doesn't know." Ucapnya kali ini menatap Barty. "Let's keep it that way, shall we?"
★
Makan siang sudah selesai. Kini waktunya istirahat. Madelynn melangkahkan kakinya ke Menara Astronomi. Ia ingin merasakan ketenangan dari padatnya hari. Tetapi belum jauh dari Great Hall tangannya sudah ditarik seseorang ke toilet wanita. Ia mengeluarkan jeritannya, namun dengan cepat mulutnya ditutup.
"Quiet!"
Dahi Madelynn mengernyit, "Marlene?" Tanyanya memastikan setelah melihat jelas siapa orang yang menculiknya.
"The one and only."
"Ada apa, Marls?"
Marlene menghela napas panjang. "Lily sudah kembali." Beritahunya.
"Oh! That's great! Where is she now?" Tanya Madelynn bersemangat. Sekiranya tiga sampai lima hari sejak Lily dipanggil McGonagall dan menghilang. Wajah Marlene tidak menunjukkan emosi yang sama dengan Madelynn. "W-what's wrong?" Tanyanya ketika menyadari ada sesuatu.
Marlene memegang kedua bahu Madelynn. "There's—" Gadis Gryffindor tersebut menjilat bibirnya yang kering. "Sesuatu telah terjadi di rumah Lily." Mulainya. "Kau— apa kau ingat tentang pembicaraan kita waktu itu? Tentang Pangeran Kegelapan yang kembali dan pendukungnya?" Tanya Marlene. "Kau dan Sirius waktu itu baru resmi bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOML ¡ Sirius Black
Fanfiction- in which the potter's is not the only home he found or - in which sirius black found his home ★ • ★ [Sirius Black X OC] [Marauders era]