[ 11 ]

2.3K 380 42
                                    

═══*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══

Para murid sudah bersiap dengan pakaian rapih di Great Hall. Hari ini liburan Natal tiba dan ada beberapa dari mereka yang lebih memilih tinggal di sekolah. Madelynn setiap Natal selalu pulang ke rumah karena ibu dan ayahnya kebetulan libur, jadi ia manfaatkan Natal ini sebaik-baiknya.

Perempuan Ravenclaw itu sedang mencari seorang lelaki tampan pemilik dasi di tangannya. Mereka akan pulang pasti ia membutuhkan dasi merahnya. Ia menemukan Sirius sedang berduaan dengan perempuan cantik di meja Gryffindor. Tidak berduaan juga sih, ada Potter, Lupin, dan Pettigrew juga namun kedua manusia berbeda jenis itu duduk berdekatan dengan posisi Sirius merangkul perempuan itu.

Madelynn baru saja ingin memutar balik, ia pikir Sirius mungkin tidak mau di ganggu namun panggilan James yang keras membuatnya berbalik lagi. "Cinnamon!"

Yang di panggil balik badan perlahan sambil menggigit bibirnya gugup. Mengapa juga Potter bisa melihatnya.

"Sini!" Ajaknya.

Murid Gryffindor yang berada di sekitar mereka ikut menonton. Madelynn meneguk ludahnya kasar. Haruskah? Ia melangkahkan kakinya mendekati Potter perlahan. "Ada apa?"

"Duduk dengan kami." James menepuk kursi kosong sebelahnya. Itu berarti Madelynn tepat berhadapan dengan Sirius di depannya.

"Oh? Y-yeah, thanks. Tapi aku harus mencari Lily."

Mata Potter berbinar, "Evans?" Ia menarik tangan Madelynn agar duduk di sebelahnya. "Evans lagi bersiap di kamar, nanti ia akan ke sini segera. Duduk di sini saja."

"Uhh, okay." Bisiknya. Ia bergerak tidak nyaman, perempuan di sebelah Sirius menatapnya tajam.

"Here, makan." James mengoper makanan di meja. "Oh apakah itu dasi Sirius?" Ia tersenyum miring saat melihat dasi yang Maddie pegang erat.

Sirius yang mendengar menaikan alisnya sebelah, "Apa benar itu, Princess?"

"Princess?" Tanya perempuan di sebelahnya. "Kau memanggilnya Princess di depanku?" Ia menepis lengan Sirius yang bergelanjut di bahunya.

Sirius menatapnya datar, "Yeah, ada masalah?"

Perempuan itu berdiri dengan dramatis, "Aku pacarmu, Sirius! Seharusnya kau menghargaiku." Teriaknya menarik perhatian orang di Great Hall.

"Pacar? Bukankah kau yang memohon padaku tadi malam?" Ucapan Sirius menimbulkan bisik-bisik sekitar.

Perempuan itu memerah, tak tahu malu atau marah. Ia menunjuk Madelynn, "You bitch!" Ia naik ke meja dan segera mendorong Madelynn di seberang.

James langsung menarik Madelynn bangun, tak menyerah perempuan itu mengejar Madelynn sampai ia dapat.

"Padfoot! Jauhkan monster itu!" Jerit James. Ia tetap menarik Madelynn mengelilingi Great Hall.

Para murid bersorak, Sirius menjambak perempuan itu, ia sudah tak peduli jika itu perempuan atau bukan. Baru saja ia akan mengutuknya seseorang menepuk bahunya. Itu Marlene.

"Serahkan ia padaku." Pintanya kalem.

Tanpa menunggu jawaban Marlene menjambak rambut wanita itu sampai ia menjerit minta ampun. Tak lupa minuman yang sudah ia satukan di wadah besar, Marlene menyiramnya sehingga ia kuyup.

Madelynn menatap aksi itu kaget, itu sudah kelewatan. Ia menghampiri Marlene dan wanita itu. "Marlene, itu sudah cukup."

"Menjauh Blondie!"

Sirius menarik Madelynn, ia mendekap perempuan itu sambil mengusap kepalanya pelan. "Sorry, Princess. Ada yang sakit?" Tanyanya.

Madelynn menggeleng, "Tidak, tapi dia kesakitan, Black!" Tunjuk Maddie.

"Tak perlu pedulikan dia, ayo obati luka lecetmu."

"B-Black!" Protes Madelynn. "Itu kelewatan! Aku tidak terluka."

Sirius berhenti dan langsung menggendong Madelynn seperti karung beras. Ia mengabaikan jeritan Madelynn dan pergi ke Hospital Wing. Sirius percaya Marlene akan mengurusnya beres.

Sedangkan di Great Hall anak-anak ikut melemparkan makanan pada perempuan itu. Tubuhnya kuyup, rambutnya rontok, wajahnya merah menahan malu. Lily menarik Marlene, "That's enough, Mar."

Marlene mengangguk, "Sudah cukup." Teriaknya. Yang lain berhenti melemparkan makanan. Ia mendekati perempuan itu, "Merry Christmas, biatch."

Marlene dan kawan-kawan pergi dari Great Hall menyusul Sirius dan Madelynn. Tak ada satupun Profesor yang ada di sana tadi. Heran, kemana perginya para Profesor padahal pembulian terjadi di sana.

"Kemana Black membawa Blondie?"

"Ku rasa Hospital Wing." Jawab Potter. Ia sempat sedikit terkejut dengan aksi Marlene. Hanya sedikit, saat pertama kali ia bergabung dengan tim Quidditch Gryffindor sudah terlihat keganasan perempuan itu.

Disisi lain Sirius sedang merujuk Madelynn yang mendiamkannya. "Princess, please." Baru kali ini Sirius melihat wajah marah Madelynn. Tidak seram menurutnya, tidak di banding Evans dan semua perempuan yang pernah ia temui. "Fine, apa maumu."

"Minta maaf."

Sirius tersenyum, ia menangkup wajah perempuan itu, "I'm sorry, Princess. Aku salah okay?"

Madelynn menepis tangan Sirius, "Dengan perempuan itu bukan denganku!"

"Dia menyakitimu, Princess."

"Aku tidak terluka. Ia tidak menyakitiku, kalian kelewatan!" Nada suara Madelynn naik. "Bagaimana jika itu adalah ibumu, Black?"

Sirius mengangkat bahunya tak peduli, "She deserved it. How about my mother? Well, i hate her a lot. Mungkin aku akan melakukan itu juga."

"Black! Kau tak bisa begitu, sebenci apapun dengan ibumu kau tak boleh melakukan hal itu!"

"Jadi dia pantas?! Dia pantas mengutuk, mengurung, dan hampir membunuhku hanya karena hal sepele lalu aku pantas mendapatkannya?!" Bentak Sirius. "Kau tak tahu aku, Gray. Jangan berlagak kita kenal sejak kecil." Sirius mencengkam pergelangan tangan Madelynn keras hingga membiru, "Kau hanya orang asing, tak lebih dari itu. Ingat itu selalu, Gray." Lalu ia keluar dari Hospital Wing tanpa pedulikan teman-temannya yang baru tiba. Ia butuh ketenangan.

Madelynn membeku. Ia salah, tak seharusnya menyangkutpautkan dengan kehidupan pribadi Sirius.

"Madelynn, ada apa?" Tanya Lily sambil mengusap air matanya. Oh bahkan Madelynn tak tahu jika ia menangis. "Oh Maddie." Lily memeluknya erat. Tangannya mengusap pelan punggung Madelynn yang bergetar sebab menangis.

Hanya sisa para perempuan saja di ruangan itu, the Marauders menyusul Sirius yang hanya melewati mereka tadi.

"Psst." Bisik Alice pada Marlene.

"What?"

Alice menunjuk pergelangan tangan Madelynn yang membiru. Marlene mengerutkan kening menghampiri, "Maddie, apa ini karena Black?" Tanyanya.

"A-aku harus bertemu Black." Ia mengabaikan pertanyaan Marlene.

Lily menahannya, "Tak ada waktu lagi, Maddie. Mungkin Black sudah berangkat ke Stasiun. Kita bisa bertemu dengannya di kompartemen, ayo." Ajak Lily.

"Yeah, kau dengan kami saja, Maddie. Tenang, Black tidak bisa marah denganmu." Alice menenangkan.

Madelynn hanya mengangguk. Ia harap apa yang Alice ucap benar. Madelynn tak mau Natal ini menjadi kacau.

═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang