[ 55 ]

1.1K 114 37
                                    

═══*.·:·.☽✧    ✦    ✧☾.·:·.*═══

Tiga hari lamanya perang dingin antara Madelynn dengan Remus berlangsung dan tidak ada satu dari mereka yang ingin mengalah. 

Tentu berita menyebar dengan cepat. Dari paling atas menara Ravenclaw sampai bawah tanah asrama Slytherin membicarakan keduanya. Termasuk Regulus dan kawan-kawan. 

"Aku tidak salah dengar kan? Lil raven did that?" Tanya Barty heboh. 

Alyssa memegang kedua bahu Regulus. "I've got an idea!" 

The Marauders tidak terlihat malam ini. Tidak bahkan satu pun. Madelynn menggeleng pelan dan beranjak pergi dari Great Hall menuju perpustakaan. Ia duduk tepat di hadapan jendela. Buku tebal yang ia bawa dibuka begitu saja tanpa dibaca. Pikirannya jauh di luar sana. Madelynn melihat langit malam yang bersih dari bintang, hanya ada bulan purnama yang bersinar. 

Halaman buku tiba-tiba berpindah dengan sendirinya karena angin malam yang kencang. Halaman 94, Werewolves. Madelynn mengusap halaman tersebut. Ia tahu beberapa mengenai manusia serigala. Mereka menghilang ketika bulan purnama, emosi tidak stabil ketika mendekati bulan purnama, dan yang pasti tidak bersahabat dengan manusia. 

Gadis tersebut menggeleng pelan. Ciri pertama dan kedua mirip dengan Remus— wait a minute. . . Ia mengambil buku itu dan membawanya ke depan wajah cantiknya, membaca ulang hingga berkali-kali. Remus selalu menghilang pada bulan purnama, ia juga memiliki emosi yang tidak stabil beberapa hari terakhir karena mendekati bulan purnama, ia juga memiliki luka yang banyak di pagi hari dan sering bolos setidaknya sehabis purnama tiba. And damn it, seberapa bodoh dirinya? Panggilan pria itu adalah moony! Moony, Padfoot, Prongs and Wormtail! Tak hanya Remus yang hilang ketika purnama tapi ketiga temannya juga! Manusia serigala tidak bersahabat dengan manusia dan Madelynn yakin ketiga Marauders lainnya bukanlah manusia serigala, dan itu membuat mereka adalah— "Animagus. . ." Bisiknya.

"Gray!" 

Madelynn sontak menutup buku kencang, menyebabkan Madam Pince melototinya hingga dirasa matanya akan keluar jika ia terus melakukan itu. Madelynn berdiri menghadapi keempat murid Slytherin.

"C-can I help you?" Tanyanya masih mengatur jantung yang berdetak kencang. 

"Kami memanggilmu lebih dari empat kali! Apa sih yang kau baca?" Tanya Alyssa penasaran.

"N-nothing." 

"Alyssa." Tegur Regulus pelan.

Gadis Slytherin hanya memutar matanya malas. "Kami ingin berbicara denganmu." 

Madelynn mengangguk mengerti. Ia bangkit dari duduk dan memeluk bukunya erat. Sunyi, kelimanya diam menunggu jawaban satu sama lain. "Y-you may speak." Persilakan Madelynn pelan. 

Barty berdeham. "So we have this brilliant idea—"

"My idea." Potong Alyssa sembari tersenyum manis. 

"Right. HER idea, dan kami ingin membagikannya denganmu." Sambung Barty. Madelynn mengangguk pelan, menunggunya melanjutkan arah pembicaraan. "Jadi. . . Err, kau saja yang menjelaskan, Al." Cengirnya. 

"This motherfuc—"

"Alyssa!" Peringat Regulus. 

"Jadi kekasih Regulus." 

"P-pardon m-me?" 

"Alyssa Fawley!" 

"Please stop yelling at me, Regulus!" Bentak Alyssa. "Aku mencoba membantu menjelaskan." 

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang