[ 47 ]

879 127 21
                                    


═══*.·:·.☽✧    ✦    ✧☾.·:·.*═══

Sudah dua hari lamanya Madelynn tidak sadarkan diri. Madam Pomfrey bilang Madelynn akan segera sadar dan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Dari hari pertama begitulah yang Pomfrey bilang. Tetapi Madelynn tak kunjung membuka kedua mata cantiknya.

Bunga kering di atas nakas diganti dengan yang baru. Sirius duduk di sebelah ranjang dan mengelus lembut tangan milik Madelynn, sesekali mengecupnya. "Morning, my love."

My love, my love, my love.

Sirius tersenyum kecil. Ia membawa novel muggle kumpulan Lily yang ia pinjam. Dalam dua hari ini ia membacakan Madelynn buku untuknya. Pride and Prejudice adalah buku pilihan Sirius. Hampir selesai mereka menamatkan buku. Mereka dalam arti Madelynn mendengarkan Sirius membaca.

Dengan kondisi Madelynn yang seperti ini kedua orang tuanya sudah mengetahui informasi ini. Profesor Flitwick dan McGonagall yang datang ke sana. Edward dan Angelina Gray ingin sekali menjenguki dan membawa pulang Madelynn tetapi kedua Profesor tersebut meyakini bahwa Madelynn akan segera pulih dan sehat kembali sebelum kepulangan liburan musim panas. Lagi pula, dengan adanya Pangeran Kegelapan dan pengikutnya muggles sangatlah dalam bahaya jika menginjakkan kaki di dunia sihir.

Sirius asik membaca ketika tangan Madelynn bergerak. Sedikit demi sedikit matanya terbuka. Madelynn mengerjap dengan perlahan menyesuaikan cahaya yang menyilaui matanya. Tenggorokannya kering, ia berusaha mengeluarkan suaranya. Tidak bisa. Ia butuh minum. Ia merasakan genggaman di tangan. Baru sadar ternyata Sirius berada di sebelahnya membaca buku dan menggenggam tangannya. Madelynn perlahan meremas pelan tangan milik Sirius beberapa kali hingga pria itu tersadar. Sontak Sirius menatap Madelynn yang menatapnya. "Madelynn, love?" Sirius bangkit dan menangkup wajah Madelynn. "Sayang." Panggil Sirius tak percaya. Ia tak tahan lalu mengecup dahi gadis itu lembut.

Madelynn membeku. Ia mengerjapkan matanya dan mengalihkan pandangannya ke atas nakas tepat dimana gelas berisi air penuh terletak. Sirius yang menangkap pesan itu mengambil dan memegang gelas itu ke depan bibir Madelynn. Sebelah tangannya menangkup dagu Madelynn agar air yang tertumpah tidak terkena bajunya. Ia meminum air itu hingga habis tak tersisa. Sirius dengan gesit mengambil selembar tissue dan mengelap air disekitar bibir Madelynn. Gadis itu menunduk dan mengambil tissue tersebut dari tangan Sirius. "A-aku bisa s-sendiri. Thank y-you, B-Black." Bisiknya.

Black. Black. Black. It's Black for you.

"It's Sirius, my love. Apakah tidur selama dua hari membuat dirimu lupa akan namaku?" Canda Sirius tertawa kecil sembari mengacakkan rambut Madelynn.

Gadis itu meringis pelan. Sirius menyentuhnya tepat di bekas jambakan. Sangat sakit bahkan jika disentuh seperti itu saja. Sontak Sirius menarik tangannya dan wajahnya berubah otomatis menjadi khawatir. "My love, ada apa? Apa aku menyakitimu?" Tanyanya khawatir.

Apakah kita membicarakan rasa sakit yang sama? Jika iya maka seharusnya Sirius tau jawabannya.

"Love, Madelynn? Mau ku panggilkan Pomfrey?"

Madelynn tersentak lalu ia menggeleng cepat, "T-tidak—tidak aja y-yang sakit. Ti-tidak perlu memanggil M-Madam Pomfrey. I-I'm perfectly f-fine."

Sirius menghela napas mengalah, "Baiklah." Ia duduk di pinggir ranjang dan memijit lembut kaki Madelynn yang tertutupi selimut, "Apa masih pusing, my love? Kau sedikit diam."

"L-let go. Tidak p-perlu." Ucapnya seraya menarik kaki dan menekuknya.

"Hey love, what's wrong?" Tanya Sirius lembut mencoba menggenggam tangan Madelynn. Perempuan itu menggeleng dan menghindar, ia dengan penuh tenaga menggeser posisinya menjauhi lelaki itu. "Madelynn, please."

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang