[ 61 ]

450 65 8
                                    

Mary MacDonald tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Tapi ia yakin bahwa dirinya adalah orang pertama yang mendengar ini. 

Mary baru selesai mengerjakan tugas yang Slughorn berikan dengan teman sekelompoknya. Saat ia sedang mengembalikan buku ke rak semula ia tak menyangka seorang Ravenclaw— Madelynn Gray memanggil namanya. Ia bahkan tidak berekspetasi Gray mengingatnya. 

Tapi itu bukan hal yang membuatnya terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah ketika gadis manis ini meminta tolong untuk menyampaikan pesan kepada Sirius Black bahwa kehadirannya ditunggu oleh Madelynn Gray untuk mengerjakan tugas ramuan. 

Pendengarannya tidak mempercayai kalimat tersebut. Ia meminta Madelynn mengulangnya— dan kalimat tersebut masih sama. Semua orang tahu bahwa keduanya tidak bisa menatap satu sama lain— hell, mereka bahkan tidak bisa di dunia yang sama menurutnya. 

"Black." Panggilnya ketika pria tersebut sedang berkumpul dengan teman-temannya. 

"Hey." Jawabnya tersenyum kecil. 

"Kau ditunggu oleh Gray di perpustakaan." 

"Huh?" Respon mereka semua. Lihat? Bahkan Sirius dan teman-temannya tidak percaya. 

"Kau ditunggu oleh Gray di perpustakaan." Ulangnya. 

"As in Madelynn Gray?" Tanya Marlene McKinnon.

"Thee Madelynn Gray?" Tambah James Potter.

"Yes, the Ravenclaw girl." Lengkap Mary. 

"Are you sure?" Tanya Remus Lupin. 

"Gray sendiri yang memintaku untuk meyampaikan." 

Seketika jantung Sirius berdegup kencang. Ia menjilat bibirnya yang kering. Entah mengapa wajahnya memanas. Ia berdoa dirinya tidak seperti kepiting rebus. Sirius lekas bangkit dan tak lupa membawa tasnya. Ia menepuk pundak James sekilas. "Thanks Mary." Ucapnya lalu pergi menuju perpustakaan. 

"Dengan siapa Gray di perpustakaan?" Tanya James. 

"Ia menghampiriku seorang diri." 

"There's no way." Gumam Remus membuat James menoleh. "Regulus will be there. Or at least one of those Slytherin." Ia menatap mata James seperti mencoba berkomunikasi. 

Kedua sontak berdiri. "C'mon Wormtail!" 

Madelynn memainkan jemarinya berusaha menenangkan diri. Jika saja ini bukan bagian dari rencana maka ia akan menyelesaikan tugas ini sendiri. Derap langkah terdengar, ia hafal betul parfum yang Sirius kenakan. Parfum Sirius adalah definisi parfum yang orangnya sudah tidak ada tapi wanginya  tertinggal. Madelynn menegapkan postur tubuhnya. 

There he is. "Hi." Sapanya. Sirius masih berdiri. Madelynn menatapnya sekilas lalu mengalihkan matanya pada kursi disebrangnya, seakan mempersilakan pria tersebut duduk. "Right." Gumam Sirius setelah sadar. Ia duduk di hadapan Madelynn. "So—? Apa kau sudah lama menunggu? I'm sorry. Mary memberitahuku dan aku kira ia bercanda." Jelasnya. "Ada apa? Do you need anything?" 

"Tugas mantra." Jawab Madelynn masih menunduk menatap jemarinya. 

"O-oh. . . Right! Mm, apa— apa tugasku?" Sialan. Pipinya pasti memerah karena sudah berekspetasi lebih. 

Madelynn menyerahkan selembar perkarmen kosong dan buku besar yang sudah diberi tanda. Tanpa dijelaskanpun Sirius paham. Ia bertugas menulis. 

"Sampai sini saja?" Tanya Sirius berusaha membuka obrolan. 

Madelynn hanya mengangguk sekilas. 

Menit berlalu seseorang menarik kursi di sebelah Madelynn. Sebelum duduk ia menarik lembut dagu gadis tersebut dan mencium bibirnya perlahan hingga Madelynn kehabisan napas dan menarik kemeja Regulus mengode. "R-Reg." Gumamnya dalam ciuman. 

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang