[ 63 ]

306 44 1
                                    

Dapur tampak ramai. Tapi tidak karena jam makan siang ataupun malam. Sehabis beres pelajaran Madelynn mengunjungi dapur dan meminta agar para peri rumah untuk membuatkannya makanan. Tidak untuk dirinya— tapi untuk Lily. Dengan beredarnya berita duka tersebut Madelynn akan menghibur Lily dengan mengadakan sleepover di kamarnya. Ia juga mengundang Marlene dan Alice.

Matahari mulai tenggelam dan bulan mulai menampakkan dirinya. Segera Madelynn bersih-bersih. Ia sudah selesai membereskan kamarnya. Untung saja ia tidak memiliki teman sekamar, jadi tiga ranjang lain kosong dan cukup untuk menampung para gadis Gryffindor.

Terdengar ketukan berasal dari pintu kamar. Tanpa harus dibuka atau disuruh masuk Marlene sudah menongolkan dirinya terlebih dahulu. "Hey Blondie!"

Madelynn tertawa, "mari masuk." Ia membuka pintu lebih lebar dan menutupnya. Alice melipat rapih jubah milik James yang mereka pinjam dan meletakannya di salah satu ranjang. "Hi Lils." Sapa Madelynn dan memeluk gadis tersebut. Mereka membutuhkan ini.

"I missed you, Maddie." Gumam Lily dalam pelukan. Ia menyeka air mata yang keluar saat pelukan selesai. Matanya masih bengkak walaupun satu minggu telah berlalu.

Raut wajah Madelynn berubah, ia tersenyum sendu. "I'm so sorry, Lils." Belasungkawanya.

Lily menggeleng pelan. "Aku ke sini untuk senang-senang, Mads. Bukan menangis." Ucapnya pelan mencoba untuk tersenyum.

"Hell yeah." Atensi mereka pindah ke Marlene yang sudah tiduran di atas ranjang. Lalu ia bangkit menarik Alice agar mendekat pada Madelynn dan Lily, kemudian Marlene memeluk ketiganya sampai mereka jatuh di atas ranjang. "I missed you guys! I missed us."

"Aduh! Marlene kau berat!" Keluh Alice dan Lily, sedangkan Madelynn tertawa. Ia juga rindu mereka.

Mereka melanjutkan malam dengan menonton Breakfast at Tiffany's dan bergosip, tak lupa Marlene yang terus menceritakan harinya yang menjadi nyamuk diantara Lily dan James. Untung saja, Frank sudah lulus jadinya Alice tak harus meninggalkannya juga.

"Hey! Kau juga tidak single! Apakah aku harus melaporkan ini pada Mary?" Balas Lily pada Marlene.

Madelynn terkesiap. "Mary MacDonald?" Tanyanya memastikan.

"YES—" Mulut Lily dibekap oleh Marlene dengan cepat.

"No, don't listen to her." Ucapnya panik.

Entah mengapa Madelynn ingin jahil, mungkin karena Marlene sering menjahilinya. "Mengapa— mengapa kau tidak memberitahu aku, Marls? I thought we're friends." Ia memasang wajah sedihnya.

Rahang Marlene terbuka lebar. Oh shit. Apakah gadis Ravenclaw ini akan nangis? "Shit. Blondie? Tentu saja kita berteman— hanya saja. . ." Ia terdiam sebelum melanjutkan ucapannya. Namun kali ini dengan suara yang kecil. "Aku— aku tidak ingin membuatmu takut. . ."

Alis Madelynn hampir menyatu karena mengernyit bingung. "Takut? Kenapa aku harus takut?"

Untuk pertama kalinya Madelynn melihat Marlene kehabisan kata-kata. Atau lebih tepatnya menyusun kata-kata. "Because I'm. . . I'm into girls." Bisiknya pelan. Pipinya berubah warna menjadi merah muda.

"So what?" Tanya Madelynn balik. Marlene menatap matanya. "Kau bebas mencintai siapapun. It doesn't matter. Boys or girls. As long as they don't hurt you." Tanpa pikir panjang Marlene langsung memeluknya. Madelynn tertawa, ia membalas pelukan Marlene yang disusul oleh Alice dan Lily.

Kemudian mereka lanjut menonton film dengan sesekali Lily dan Alice yang menggoda Marlene. "Oh!" Seru Marlene. "Aku punya ide! Bagaimana jika kita kencan bersama? It would be fun!" Lily dan Alice mengangguk setuju. Ketiganya menatap Madelynn. Bagaimana denganmu, Blondie? Kau ikut?"

LOML ¡ Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang