Malam hari yg indah dengan bintang bintang bersinar bersama bukan yg ada ditengah tengah mereka.
Livania sedang memandang langit malam yg begitu indah tak peduli dengan udara dingin yg menerpa kulitnya.
"Aku bosan" ucap Livania menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.
"Bagaimana kalau mengerjai Adeline, kau harus membalas apa yg dia ambil darimu" ucap Fiona membuat Livania menatapnya dengan ekspresi berfikir.
"Ide bagus" ucap Livania yg langsung berdiri dan menutup matanya dengan tangannya yg bergerak seperti mengendalikan.
"Kenapa kau menutup matamu?" Tanya Isabella yg baru saja datang dengan rambutnya yg basah dengan handuk kecil ditangannya.
"Kemarin aku mencoba sihir kuno dari buku mantra sihir kuno dan sekarang aku sudah bisa mengendalikannya" ucap Livania yg masih menutup matanya menjawab pertanyaan Isabella.
"Benarkah? Sihir apa?" Tanya Fiona yg terlihat bersemangat saat mendengar Livania mempelajari sihir kuno.
"Mengendalikan mimpi. Aku sedang mengendalikan mimpi Adeline agar menjadi mimpi buruk yg tidak akan bisa dia lupakan" ucap Livania yg membuka matanya yg berarti ia sudah membuat mimpi Adeline menjadi mimpi yg sangat buruk.
Fiona dan Isabella mengangguk dan pintu kamar mereka tiba tiba terbuka dan muncul lah Elena dengan ekspresi jengkel.
"Kau kenapa?" Tanya Livania menghampiri Elena yg masih dengan ekspresi jengkel nya.
"Kau tau? Teman perempuan rendahan itu sungguh sangat menyebalkan, mereka tadi mempermalukan ku di depan semua orang!" Ucap Elena dengan memukul meja yg ada disampingnya dengan marah.
Livania langsung mengelus punggung Elena berusaha menenangkannya dari amarahnya begitu juga dengan Isabella dan Fiona.
"Bagaimana jika perbuatan mereka ku balas?" Tanya Livania yg mendapatkan tatapan bingung dari Elena.
"Caranya?" Tanya Elena dan Livania tersenyum miring dan mengambil jubah hitamnya.
"Aku menggunakan sihir tembus pandang agar aku tidak terlihat dan menggunakan teleportasi untuk ke kamar mereka dan menggunakan sihir es untuk membuat kamar tersebut dingin, di antara mereka berempat kan tidak ada yg bisa menggunakan sihir api jadi akan mudah" jelas Livania panjang × lebar × tinggi.
Elena langsung tersenyum dan mengangguk dengan antusias saat mendengar rencana Livania.
Livania langsung menggunakan jubah tersebut dan langsung menggunakan sihir tembus panda dan ber teleportasi ke kam
ar Adeline dkk.Saat sudah ada di kamar Adeline bisa Livania lihat mereka yg sedang berbincang dengan tawaan.
'Aww, sangat manis sekali pertemanan mereka sehingga gw pengen ancurin tuh hubungan pertemanan' batin Livania yg langsung menggunakan sihir esnya untuk mengubah hawa kamar menjadi dingin dan tak lupa menggunakan sihirnya es untuk mengunci pintunya.
Jika ada yg mencoba keluar dengan menghancurkan pintu tersebut dengan sihir itu tidak akan berkerja.
Bisa Livania lihat keempat perempuan tersebut langsung menggigil kedinginan dan mereka memutuskan untuk menutup jendela dan juga tidur dengan selimut tetapi sayangnya itu tidak berkerja.
Livania langsung ke meja belajar untuk melihat lihat apa yg bisa dia ambil dan Livania menemukan sebuah buku dengan sampul berwarna kuning, ukh mata Livania langsung sakit.
Livania langsung membuka buku tersebut dan di buku tersebut ada namanya Adeline yg berarti buku tersebut milik Adeline.
Livania langsung menyimpannya dan ber teleportasi ke kamarnya, saat sampai Livania langsung menghilangkan sihir tembus pandang dan melepas jubahnya.
"Lihat apa yg kutemukan" ucap Livania menunjukkan buku milik Adeline dengan senyum miring nya.
"Sebuah buku" - Isabella.
"Buku apa itu?" - Elena.
"Siapa pemiliknya?" Fiona.
"Ini adalah buku harian milik Adeline, bagaimana kalau kita membacanya dan jika kita menemukan hal yg bagus kita tinggal merobeknya dan menaruhnya di papan pengumuman" ucap Livania membuat mereka bertiga mengangguk bersama dan mulai membacanya.
Mereka membacanya dengan seksama dan Elena langsung menunjukkan sebuah halaman yg harus di robek dan ditempelkan di papan pengumuman.
Livania langsung merobeknya dan kembali menggunakan jubahnya dan berteleport ke papan pengumuman yg memang sangat sepi.
Saat Livania menempelkan kertas tersebut tanpa Livania sadari ada sepasang mata merah yg menatapnya.
Seseorang tersebut langsung berjalan ke arah Livania tanpa mengeluarkan suara dan langsung menundukkan sedikit badannya dan kepalanya sehingga sejajar dengan Livania.
"Apa yg sedang anda lakukan lady?" Tanya orang tersebut membuat Livania terkejut dan kepalanya hampir mengenai papan pengumuman karena langsung menengok ke belakang.
Saat kepalanya hampir terbentur tangan orang tadi langsung berada di belakang kepala Livania guna melindunginya agar tidak terbentur dengan keras.
"Hati hati lady, kepala anda bisa terbentur dan juga leher anda bisa patah karena pergerakan tiba tiba" ucap Alston yg langsung mengecek leher Livania dengan cara menyentuhnya.
Demi apa pun leher Livania adalah titik sensitif nya, Livania langsung menjauhkan tangan Alston dari lehernya.
"Ma-maaf saya harus pergi" ucap Livania lalu langsung pergi meninggalkan Alston yg termenung dan membaca kertas yg di tempelkan Livania.
"Lady Livania, orang yg sangat menarik"
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist? No! I'm a Villain (END)
Historical Fiction(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel yg dia baca terakhir kali sebelum tidur dan yg dia bakar juga. Dengan berbekal cerita alur yg dia i...