#60

17.6K 1.1K 7
                                    

"Ugh... Masih sakit hiks..." Ucap Livania yg menangis karena merasakan sakit yg luar biasa.

Apa lagi pas dia denger kalo pas dia gak sadar sempet di operasi, pantes sakit.

"Sstt... Tenanglah, ini tidak akan bertahan lama" ucap Alston memeluk tubuh Livania dan mengusap usap kepalanya.

Melihat pemandangan itu membuat Derrick cemberut dan iri tentunya, dia yg selalu bermain dengan Livania saat kecil tapi pas udah besar malah di gantikan oleh orang lain.

'Menyebalkan!' Batin Derrick mengerucutkan bibirnya dengan kepala yg dialihkan.

Brak!

"Livania!" Panggil Arthur sehabis mendobrak pintu kamar Livania hingga rusak.

Arthur langsung memeluk Livania membuat Alston melepaskan pelukannya.

"Hiks... Ayah sakit... Huaaa!" Ucap Livania yg diakhir dengan tangisan keras.

Arthur mengelus elus perut Livania dan mengeluarkan sedikit sihir penyembuh agar rasa sakitnya mereda.

Livania masih menangis sehingga matanya bertatapan dengan mata milik Sebastian membuat Livania terdiam seketika.

'Buset, cogan cuy!' Batin Livania menatap Sebastian kagum ya walaupun tak ayal dia juga bingung siapa orang yg ada di depannya.

Sebastian yg mengerti akan tatapan Livania tersenyum kecil dan berjalan mendekat dan mengelus rambut Livania.

"Siapa?" Cicit Livania tanpa sadar membuat Sebastian tertawa pelan dan berjongkok di hadapan Livania.

"Aku Sebastian Xireallio Acheron, kakak mu adik kecil" ucap Sebastian membuat otak Livania nge-blank seketika.

'Hah? Kakaknya Livania? Ini plot twist apaan anjir?!' Batin Livania yg tengah bingung setengah modar saat mengetahui sebuah plot twist yg di luar Surya.

Melihat ekspresi kebingungan Livania membuat Sebastian tertawa pelan lagi dan mencium pipi chubby Livania.

Semua yg melihatnya merasa terharu karena akhirnya seorang kakak yg sudah berpisah dengan adik kecilnya bertemu kembali kecuali satu orang.

Alston, dia sedikit tak suka saat Sebastian mencium pipi Livania, bahkan wajahnya kini sudah menggelap.

"Ayah?" Panggil Livania menatap Arthur yg tersenyum dan mencium kening Livania.

"Iya sayang, dia kakak mu, kak Sebastian" ucap Arthur membuat Livania menoleh ke Sebastian lagi yg masih tersenyum hangat.

Tes.

"Hiks... Livania punya kakak... Hiks... Kakak!" Ucap Livania lalu memeluk Sebastian dengan erat begitu juga Sebastian yg sedikit mengeluarkan air matanya.

"Kakak... Hiks kemana saja hiks!" Ucap Livania dan tangisannya semakin keras ngalahin bayi yg lagi nangis.

"Sstt, maafkan kakak karena sudah meninggalkanmu adik kecil" ucap Sebastian mengelus rambut hitam legam milik Livania.

"Ugh... Hiks..." Isak Livania sebelum tertidur kembali karena lelah menangis.

Livania pun langsung di baringkan kembali ke tempat tidurnya oleh Sebastian dengan lembut.

Sebastian langsung menatap Alston yg juga dari tadi menatapnya dengan tatapan dingin dan datar.

"Sebaiknya anda pulang yang mulia" ucap Sebastian dengan senyuman dan duduk di sofa yg tak jauh dari ranjang Livania.

"Kamu mengusirku?" Tanya Alston membuat Sebastian tertawa pelan dan menatap Alston tak kalah dingin.

"Saya tidak mengusir anda yang mulia... Tapi lihatlah keadaan anda, apakah adik kecilku tidak akan khawatir saat sadar nanti? Untung tadi adik kecilku fokus ke rasa sakit yg karena habis di operasi, jika tidak mungkin dia sudah memarahi anda karena anda tidak menjaga kesehatan anda" ucap Sebastian menyilangkan kakinya dan tersenyum kecil.

Alston diam dan menatap Livania yg tertidur dengan tenang membuatnya tersenyum dan mencium kening Livania.

Alston langsung berdiri dan keluar kamar Livania untuk kembali ke istana begitu juga Daniel.

"Dasar anak muda" gumam Arthur tertawa pelan saat melihat kelakuan Alston ke putrinya.

Arthur pun mulai berdiri dan keluar kamar Livania meninggalkan Livania bersama dengan Sebastian.

"Mimpi indah adik kecil" ucap Sebastian dan keluar membiarkan Livania sendiri.

Di Akademi.

"Apakah kamu tau, katanya ibu Adeline meracuni Livania"

"Benarkah?!"

"Benar! Bahkan sampai sekarang Livania belum sadar"

"Kejam sekali, aku menyesal karena pernah berteman dengan Adeline, ternyata ibunya sungguh kejam"

Adeline yg mendengar bisikan bisikan tersebut meremat pena yg ada di tangannya hingga kukunya memutih.

'Ibu sialan! Kenapa dia sangat ceroboh?! Bahkan ini tak sesuai rencana!' Batin Adeline yg mulai berdiri dan membuat atensi profesor yg mengajar mengarah ke arahnya.

"Profesor, saya izin ke kamar mandi" ucap Adeline yg diangguki oleh profesor yg mengajar.

Adeline langsung keluar kelas dengan tergesa-gesa, setelah sampai di kamar mandi Adeline langsung meninju kaca hingga retak dengan tangannya yg berdarah.

"Ibu sialan! Gara gara mu martabatku hancur! Semua orang sudah tak mempercayaiku lagi! Ini semua gara gara mu ibu!" Ucap Adeline kembali memukul kaca hingga pecah walaupun begitu Adeline tetap memukul dinding bekas tempat kaca tadi.

"Apakah kamu butuh bantuan?" Tanya seseorang membuat Adeline menolehkan kepalanya dan menatap seorang perempuan dengan rambut hitam dan mata merah delima.

"Siapa kamu?"

T.B.C

Antagonist? No! I'm a Villain (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang