Masih ditempat yg sama dengan dua orang yg sama yaitu Livania dan Alston.
Livania tersenyum bangga dan mengangguk atas ide nya yg menurutnya briliant.
Sampai Livania sadar kalo dia gak sendirian di tempat tersebut dan langsung menatap Alston.
"A-ahahaha, maaf yang mulia putra mahkota Alston, saya lupa dengan keberadaan anda" ucap Livania menampilkan senyuman canggung karena malu dengan ucapannya tadi.
Alston hanya menatap Livania beberapa detik lalu terkekeh pelan dan mengelus kepalanya.
"Tidak apa apa, apakah kau masih ingin menangis seperti anak kecil?" Tanya Alston sedikit menggoda Livania yg menatapnya galak.
"Saya bukan anak kecil! Saya sudah besar!" Ucap Livania protes karena di panggil anak kecil dengan menghentakkan satu kakinya.
Alston yg tidak tahan dengan keimutan Livania langsung mencubit pipi chubby nya dengan gemas.
"Kau sangat imut saat marah" ucap Alston dengan senyum lebarnya yg tidak pernah ditunjukkan oleh siapa pun.
Livania yg melihat senyuman Alston tertegun dan wajah memerah karena saat Alston tersenyum lebar ia tampak sangat tampan.
"Ya-yang mulia saya ingin kembali" ucap Livania memalingkan wajahnya yg memerah ke arah lain agar Alston tidak melihat rona merah tersebut.
Alston langsung menggenggam tangan kecil Livania lalu pergi dari tempat tersebut dengan teleportasi, kenapa Livania gak gunain? Padahal dia juga pengguna sihir tingkat tinggi, jawabannya cuma satu. Males.
Saat sampai Livania berada di depan asrama putri dan langit sudah berwarna oranye yg menandakan waktu sudah sore.
"Saya pamit undur diri yang mulia-"
"Alston" ucap Alston memotong ucapan Livania yg sedang membungkuk.
Livania yg bingung langsung mendongak menatap Alston dengan pandangan bingung.
"Panggil aku Alston saat kita hanya berdua" ucap Alston lalu pergi dari sana menuju asrama laki laki.
Saat memasuki asrama laki laki Alston dihadang oleh Kyne yg tiba tiba datang entah darimana.
"Yang mulia putra mahkota kaisar, anda membawa Livania kemana tadi siang?" Tanya Kyne menatap Alston datar dan di tatap balik dengan tatapan tak kalah datar.
"Memangnya apa urusanmu?" Tanya Alston balik sambil menaikkan satu alisnya.
"Livania adalah tunangan saya! Jadi jika anda membawanya pergi maka itu akan menjadi urusan saya" ucap Kyne mengepalkan tangannya.
"Kau baru mengakui Livania sebagai tunanganmu sekarang? Kenapa tidak dari dulu?" Tanya Alston membuat Kyne terdiam tak berkutik.
Alston yg melihat keterdiaman Kyne tersenyum tipis lalu berjalan melewati Kyne yg masih terdiam.
Sedangkan Livania, saat memasuki asrama sudah dihadang oleh Adeline dengan teman temannya.
"Kakak... Saya minta maaf kak karena telah menuduh kakak, sa-" ucapan Adeline terpotong karena Livania yg tidak ada di hadapannya, entah pergi kemana dia.
Adeline hanya diam dan menundukkan kepalanya dengan tangannya yg meremas pakaiannya.
'Perempuan sialan! Kau telah merusak reputasi ku! Aku akan membalas perbuatan mu!' batin Adeline dengan ekspresi marah, oh ternyata dia menundukkan kepalanya guna untuk menyembunyikan ekspresi marah.
Tiba tiba saja ada ide yg muncul di benak Adeline dan menatap gelang pemberian Kyne.
'Kenapa aku tidak membalasnya dengan hal yg sama?' Batin Adeline tersenyum sinis lalu pergi ke kamarnya bersama teman temannya.
Sedangkan Livania tadi langsung berteleportasi ke kamarnya karena lelah dan malas melihat wajah busuk Adeline.
Saat Livania muncul dikamarnya keempat temannya yg menunggunya di kamar langsung menghampiri Livania.
"Livania, apakah kau baik baik saja? Kau tidak di apa apakan oleh kakakku kan?" Valerie.
"Kau kemana saja?" Fiona.
"Apakah ada yg terluka?" Isabella.
"Kau dibawa kemana oleh putra mahkota Alston?" Pertanyaan terakhir dari Elena setelah mereka berempat bertanya tentang keadaan Livania.
"Aku baik baik saja. Putra mahkota Alston hanya membawaku kesebuah tempat yg sejuk untuk memenangkan hatiku dari rasa ingin membunuh Kyne" ucap Livania dengan senyuman dan mengeluarkan aura gelap saat di akhir kalimat.
"Begitu?" Tanya Valerie dan mendapatkan anggukan dari Livania.
"Hmm, apakah aku boleh makan malam disini? Aku juga ingin merasakan masakan mu" ucap Valerie dengan senyuman yg muncul di wajahnya.
"Tentu saja, aku akan membersihkan diri dulu lalu kita akan makan malam bersama" ucap Livania lalu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan gaun tidur warna putih.
Setelah selesai Livania langsung kedapur dan masak makan malam untuk mereka.
Setelah selesai Livania langsung menaruhnya di meja makan dan disana juga sudah ada keempat temannya.
"Apa ini?" Tanya Valerie menunjuk ke arah makanan daging berwarna coklat gelap.
"Rendang, cicipi lah" ucap Livania lalu mereka memakan rendang tersebut sedangkan Livania menatap ekspresi mereka.
"Astaga! Ini sangat enak" ucap Valerie yg disetujui oleh ketiga orang lainnya yg mengangguk.
Livania hanya tersenyum dan langsung memakan masakannya bersama keempat orang lainnya.
Sedangkan di sisi lain.
"Kenapa adikku duluan yg merasakan masakan Livania? Seharusnya aku..."
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist? No! I'm a Villain (END)
Historical Fiction(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel yg dia baca terakhir kali sebelum tidur dan yg dia bakar juga. Dengan berbekal cerita alur yg dia i...