Besoknya Livania langsung datang ke pengadilan bersama dengan Sebastian dan Arthur.
"Apakah kamu tidak ingin ayah gendong?" Tanya Arthur pasalnya dari tadi Livania selalu meminta gendong ke Sebastian dan tentu saja di turuti.
"Tidak, dulu saat kecil ayah selalu menggendongku sekarang giliran kakak" ucap Livania membuat Arthur menghela nafasnya lalu terkekeh pelan.
Sebastian hanya tersenyum dan mengelus rambut halus milik adik kecilnya.
Hahh... Dia teringat masa kecilnya dan di saat ibunya tengah mengandung Livania.
"Ibu, kapan adik kecil keluar?" Tanya Sebastian kecil ke Calista yg tengah mengandung.
"Masih lama sayang, tunggu dulu saja ya" ucap Calista mengelus rambut emas yg sama dengan miliknya.
"Hmph... Lama! Aku ingin bermain dengan adik kecil!" Ucap Sebastian membuat Calista tertawa dan memeluk Sebastian.
"Nanti, setelah adik kecil lahir jaga adik kecil dengan baik, ok?" Ucap Calista menangkup kedua pipi chubby milik Sebastian.
"Mm!" Ucap Sebastian mengangguk lalu memeluk ibunya dengan erat begitu juga Calista.
"Kakak!" Panggil Livania membuat Sebastian tersadar dari lamunannya dan menatap Livania.
"Turunkan aku, kita sudah sampai" ucap Livania membuat Sebastian menatap sekitar dan benar saja mereka sudah sampai di tengah tengah pengadilan.
Sebastian langsung menurunkan Livania di tempat duduknya dan Sebastian di sebelahnya.
"Apakah anda sudah siap lady?" Tanya kepala hakim ke Livania yg tengah menatap Agatha yg ada di hadapannya.
"Saya sudah siap, kepala hakim" ucap Livania tersenyum licik membuat Sebastian menggelengkan kepalanya.
Jika ibunya masih hidup mungkin Calista akan mengatakan bahwa Livania mirip dengan ayahnya, sama sama licik dan tak mau mengalah.
"Baiklah, dengan ini pengadilan dimulai!" Ucap kepala hakim dan memukul palu di tangannya ke alas palu.
Sebastian menatap Agatha yg tengah menatap Livania dengan tajam lalu menatap Livania yg menatap Agatha dingin.
"Saudari Agatha menjadi tersangka atas penculikan putra pertama duke Arthur Acheron, apakah itu benar?" Tanya kepala hakim ke Agatha membuat Agatha menundukkan kepalanya.
"Tidak, saya tidak melakukannya" ucap Agatha yg masih bisa didengar, mendengar jawaban Agatha membuat Sebastian naik pitam tapi masih bisa ditahan.
"Katakan dengan jujur saudari Agatha, saya tidak menerima kebohongan!" Ucap tegas kepala hakim.
"Saya tidak melakukannya! Untuk apa saya menculik putra suami saya sendiri?! Saya juga tak mengenalnya sama sekali!" Ucap Agatha berdiri dan menggebrak meja, sepertinya emosinya sedang tak stabil.
Melihat itu Livania langsung tersenyum kecil dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Lalu, siapa yg ada di sebelah saudari Livania?" Tanya kepala hakim membuat Agatha menoleh dan menatap Sebastian.
Deg!
'A-anak itu masih hidup?... Ta.. Tapi bagaimana?! Aku sudah menyuruh mereka untuk membunuhnya tapi anak itu masih hidup?!' Batin Agatha terkejut bahkan tubuhnya menjadi bergetar.
Sebastian langsung tersenyum miring saat melihat Agatha yg bergetar karena melihatnya.
"Lama tidak bertemu nyonya, dan racun yg anda berikan enak, dimana anda mendapatkannya? Saya ingin mencobanya lagi" ucap Sebastian yg menopang kepalanya dengan tangannya.
Agatha terdiam, sungguh dirinya sedang dilanda rasa merinding yg teramat besar.
Kek lo liat emak lo bawa sendal jepit plus di depan rumah sambil masang wajah garang.
"Racun? Racun apa?" Tanya Livania yg kepo dengan racun apa yg diminum Sebastian.
"Racun deargal" ucap Sebastian membuat semua orang terkejut dan mulai berbisik.
Racun deargal berasal dari tunas bunga Arg yg hanya tumbuh di lembah iblis.
Dan lembah iblis adalah lembah tempat tinggal para iblis, biasanya orang yg kesana akan berubah menjadi iblis.
"A aku ti tidak mengenalmu, dan apa maksudmu dengan aku memberikanmu ra racun?" Tanya Agatha mencoba untuk tenang tapi itu sia sia karena tatapan Sebastian.
"Yah... Kamu memang bisa mengelak karena saat itu tidak saksi... Oh! Aku lupa" ucap Sebastian lalu menyisir rambutnya dengan jari jarinya yg panjang.
Ctak!
Sebastian menjentikkan jarinya lalu muncul seorang wanita yg menggunakan pakaian pelayan dari pintu.
"Perkenalkan nama saya Lucy, saya adalah pengasuh tuan Sebastian" ucap Lucy membungkukkan tubuhnya dan menampilkan wajah datar.
Agatha yg melihat Lucy pun tambah bergetar.
'Apakah aku akan mati disini? Sialan! Seharusnya aku melakukannya dengan tanganku sendiri!' Batin Agatha yg dimana dibaca oleh Lucy yg bisa membaca pikiran orang lain.
"Saya adalah satu satunya saksi mata yg melihat tuan Sebastian di beri racun secara paksa oleh Agatha" ucap Lucy melirik Agatha dengan dingin dan menatap kepala hakim.
"Apakah anda bisa menceritakan kronologinya?" Tanya kepala hakim, Lucy pun menceritakan tentang kejadian yg sudah terjadi 15 tahun yg lalu.
"Baiklah, terimakasih atas saksi anda, silahkan anda pergi" ucap kepala hakim, Lucy pun membungkukkan tubuhnya dan pergi dari sana.
"Dengan kesaksian tersebut, saudari Agatha telah bersalah, dan saatnya ke kasus kedua-"
"TUNGGU SEBENTAR!!"
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist? No! I'm a Villain (END)
Ficción histórica(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel yg dia baca terakhir kali sebelum tidur dan yg dia bakar juga. Dengan berbekal cerita alur yg dia i...