Tujuh belas: Teman

10 1 0
                                    

"Hm, sudah tiga hari ini Rizlan absen." Pak Najib merenung di atas kursinya di depan kelas. Beberapa saat kemudian beliau bangkit berdiri.

"Zura!"

"Iya, Pak?" Aku terkesiap.

"Rizlan ngabarin kamu gak kenapa dia gak masuk sekolah?"

"Bentar Pak, saya cek dulu."

Aku mengambil ponsel yang tergeletak di kolong meja kemudian mengecek aplikasi WA, tetapi tidak ada chat dari siapapun disana. Ngenes.

"Gimana?"

"Gak ada, Pak." Aku menggeleng manyun. Pak Najib mendengus.

"Anak itu kemana, sih? Meskipun pendiam, tapi dia kan biasanya gak pernah absen." Pak Najib terlihat menerka-nerka. "Ya sudah kalo begitu kamu tolong cek ke rumahnya, ya. Nanti kalau sudah dapat info langsung kabarin Bapak."

"Bapak minta tolong ke saya?" Aku menunjuk diriku sendiri.

"Lah iya sama kamu, Zura. Kamu kan ketua kelas."

Aku meringis, "Oh, i-iya, Pak."

"Rul." Olla memanggil Rully. Yang dipanggilnya menoleh.

"Kenapa?"

"Lo gak tau si Rizlan kemana?"

"Gak tau. Gue kan gak akrab sama dia. Cuma kebetulan aja kita masuk komunitas yang sama."

"Bukannya dia masuk komunitas grafiti karena rekomendasi lo?"

"Dih, kagak tau. Orang dia tiba-tiba masuk sendiri, kok." Rully kembali meluruskan pandangannya ke depan.

"Ra, lo mau gue anterin ke rumah si Rizlan ntar?"

"Gak usah deh, La, gue sendiri aja." Aku tersenyum menenangkan.

"Lo tau rumahnya?"

"Tau kok, kan waktu itu gue pernah ngerjain tugas kelompok di rumahnya bareng Pipit sama Defaz."

"Lo masih hafal alamat rumahnya?"

"Hafal kok, rumahnya gak terlalu jauh juga dari sekolah."

"Oh." Olla mengangguk. "Jadi gak usah dianterin nih?"

"Gak perlu deh," jawabku santai. "Biar gue sendiri aja yang nyamperin."

"Ya udah kalo gitu nanti gue langsung pulang aja, ya.

Aku memberi kode oke dengan gerakan tangan.

***

Ku lajukan motor tercintaku dengan kecepatan sedang menuju kediaman Rizlan yang jaraknya tak terlalu jauh dari sekolah.

Tiba di depan huniannya yang sungguh besar nan mewah, wanita yang disebut Mbak Kiki muncul dan memberitahuku bahwa tuan mudanya sedang di rawat di rumah sakit.

"Hah? Dirawat di rumah sakit?"

"Iya, Non."

"Dia sakit apa, Mbak?"

"Den Rizlan dari kecil punya penyakit lambung, Non. Sekarang penyakitnya lagi kambuh."

Huh dasar. Sakit lambung katanya? Pasti karena cowok itu jarang makan. Di sekolah saja dia tidak pernah ketahuan jajan.

Setelah mendapat alamat RS dari Mbak Kiki, ku-gas motor gaharku ke TKP untuk mengunjungi cowok yang katanya sedang dirawat itu.

"Lagi sakit lo?"

Cowok yang tengah terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang pasien itu menolehkan kepalanya lalu langsung melempar sorot tajam saat mengetahui aku yang datang.

"PSYCHOPLAK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang