Dua tiga: Fakta

8 1 0
                                    

Ketika baru saja tiba di depan rumah tepat pada pukul 18:01, kulihat kendaraan roda empat terparkir tepat di depan gerbang.

Seorang wanita yang meskipun sudah memiliki dua anak tetapi masih terlihat sangat cantik serta awet muda itu turun dari mobilnya kemudian mengulas senyuman manis ke arahku.

Ya, beliau tersenyum, namun kedua matanya memancarkan duka.

Aku turun dari motor kemudian mengangguk hormat padanya.

"Selamat malam, Tante."

Wanita itu membalas sapaanku dengan anggukan serta senyuman tipis, "Malam."

"Tante lagi ngapain disini? Nungguin Zura, ya?"

"Hm, ada yang ingin Tante bicarakan sama kamu."

"Oh boleh, Tante." Aku mengangguk antusias. "Ya udah kalo gitu kita ngobrolnya di dalem aja ya, Tante."

Aku mempersilahkan wanita bernama lengkap Pramudita Lestari itu untuk duduk di atas sofa ruang tamu.

"Um, Tante mau minum apa?"

"Gak perlu repot-repot, Tante gak akan lama kok, Tante ingin ... menanyakan tentang Rifai sama kamu."

Ya, beliau adalah Ibu kandung Rifai yang tempo hari pernah diusir dengan kejamnya oleh anak tak tahu diri itu.

"Jujur, selama ini Tante sering ngawasin Rifai. Kamu deket banget ya sama dia?" tanyanya lemah lembut. Sikapnya yang lembut serta hangat sangat kontras dengan anaknya yang begajulan.

"Ngawasin Rifai?" Aku membeo, keningku berkerut bingung.

"Iya, kamu tau sendiri kan gimana sikap Rifai sama Tante waktu itu. Tante gak bisa secara bebas menemui dia. Makanya, setiap ada kesempatan, Tante sering ngawasin dia dari kejauhan. Tante kangen banget sama Rifai."

Sebelumnya, aku tidak pernah berbincang seserius ini dengan Tante Lestari. Beliau bahkan tidak mengenalku. 

Aku mengetahui tentangnya dari ART Rifai yaitu Bi Narsih. Bi Narsih lah sumber informasiku.

"Sekali saja." Tante Lestari menghela napas berat. "Sekali saja, Tante ingin bicara sama Rifai."

"Sebelumnya maaf, Tante." Aku meringis canggung. "Kalo boleh tau, kenapa waktu itu Tante ninggalin Rifai? Padahal kan dia baru umur lima tahun."

"Itulah yang ingin Tante jelaskan sama Rifai. Tapi Tante gak pernah mendapat kesempatan untuk menjelaskan ini karena Rifai sudah terlanjur benci sama Tante. Tante gak mungkin kan menjelaskan semua masalahnya waktu dia umur lima tahun. Dia masih sangat kecil." Tante Lestari menunduk, meremas jari jemarinya dengan pandangan getir. Beliau mengimbuhkan, "Untunglah ada Bagas, Tante masih bisa nemuin dia meski dengan cara diam-diam."

"Oh, Tante sering nemuin Bagas?"

"Iya, sepulang sekolah atau setiap hari libur, Tante sering nemuin dia, Tante juga sering ngasih dia hadiah meskipun dia sudah punya segalanya. Untunglah, anak itu otaknya belum diracuni."

"Diracuni? Maksud Tante?" kernyitku tak paham.

"Kamu tau Ayah Rifai?"

"PSYCHOPLAK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang