Rizlan secara pribadi telah melamar ku. Namun tentang cinta, aku masih memiliki Rifai dalam hatiku. Dia kelewat serakah merenggut hatiku utuh.
Tetapi, apa yang bisa ku lakukan? Aku sudah tak punya pilihan. Tidak lama lagi, seorang lelaki akan bertandang ke rumah, berniat ingin bertemu dengan kedua orangtuaku. Bermaksud untuk meminang putri tunggal mereka. Mendiskusikan tanggal pernikahan. Tanpa pertunangan.
Ini merupakan malam acara lamaran, bertemunya dua pihak keluarga.
Lamaran sendiri merupakan salah satu tahapan yang dilakukan dua keluarga besar menjelang pelaksanaan prosesi pernikahan.
Lamaran dilakukan sebagai upaya penyampaian maksud dan tujuan untuk meminang sang calon mempelai wanita untuk menuju langkah serius dalam pernikahan juga saling memperkenalkan dua keluarga besar.
Dalam pelaksanaannya, acara lamaran amatlah sederhana.
Namun, malam ini cuaca agaknya kurang bersahabat.
Hujan membungkus kota ku. Aku menatap keluar jendela, langit sungguh gelap gulita, sesekali terang benderang disinari kilatan petir dan suara bergemuruh dari guntur membuatku bergidik ngeri mendengarnya.
Tanganku meraih ponsel yang ku letakkan di atas nakas. Memandang foto-fotoku bersama Rizlan semasa kuliah dulu.
Meski tahu aku tidak mencintainya, laki-laki itu tetap bersikeras ingin menikahi ku.
Aku menjawab 'yes' meski sesungguhnya dalam hati banyak sekali keraguan.
Pukul 19:00 malam, aku bergegas mempercantik wajahku dengan polesan make up.
Kembali ku lirik arloji di pergelangan yang menunjukkan pukul 19:30. Mulai khawatir riasanku akan luntur. Bukan karena wajah yang berminyak, tetapi karena lelehan air mata yang seakan siap tumpah kapan saja tanpa dapat ku bendung.
Tepat pada pukul 20:00, terdengar seseorang menekan bel rumah.
Baru menuruni anak tangga, ku lihat Mbok Yeyen bergegas membuka pintu dan disanalah dia.
Rizlan berdiri dengan gagahnya didampingi Oma dan Opa. Tersenyum sumringah. Tampak begitu bahagia.
Dibelakang mereka beberapa anak buah Rizlan membawa banyak sekali hantaran untuk pihak wanita sebagai tanda pengikat sekaligus tunjangan pelaksanaan pernikahan.
Sebelumnya memang aku dan Rizlan sudah terlebih dahulu berdiskusi tentang apa saja seserahan yang hendak dia bawa. Aku memintanya untuk tidak berlebihan. Bawa yang penting saja. Tetapi Rizlan justru sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari.
Aku sendiri hanya meminta perlengkapan ibadah, tetapi justru Rizlan datang sampai membawa dua mobil sekaligus yang semuanya berisi berbagai macam hantaran yang ku taksir menghabiskan banyak sekali budget.
Hantaran bisa juga disebut sebagai 'pengetuk pintu' saat pihak lelaki mengunjungi keluarga pihak wanita untuk melamar. Umumnya, isi hantaran berupa perlengkapan yang akan digunakan calon mempelai wanita untuk mempersiapkan hari pernikahannya, seperti uang hantaran—sumbangan untuk acara pernikahan, perhiasan, busana lengkap wanita, tas, sepatu, peralatan make up, serta perlengkapan ibadah.
Perlengkapan perempuan yang sudah pasti akan sering digunakan adalah perlengkapan ibadah. Selain sebagai hantaran, bisa juga dipakai lagi untuk acara ijab kabul sebagai tambahan mahar.