Enam puluh: Cemburu

13 1 0
                                    

Sudah seminggu lamanya Rifai tidak lagi menghubungi dan menggangguku. Entah kenapa ada perasaan kecewa yang secara telak menyergap dada.


Sejujurnya, tidak apa jika dia membuatku marah.

Tidak apa jika dia membuatku kesal setengah mati karena ulahnya.

Faktanya, bertengkar dengannya telah menebus celah rindu di dadaku. Mengisi kekosongan ku.

Aku sudah terbiasa dibuat jengkel olehnya.

Aku sudah terbiasa dibuat terkejut dengan kemunculannya yang anti-mainstream.

Tetapi sekarang dia sudah pergi ...

Menghilang secara tiba-tiba seperti kebiasaannya sejak dulu.

Entah dia menyadarinya atau tidak, selama beberapa hari yang ku lalui bersamanya telah membuat rasa di hatiku semakin membesar. Aku teramat mencintainya. Tanpa dia tahu.

Tetapi aku harus mencarinya kemana?

Apartemen tempat dia tinggal saja aku tidak tahu.

Semenjak Rifai kembali ke Indonesia, hanya dia saja yang menggangguku. Yang ku lakukan hanya terus menghindar sehingga aku tidak tahu apa-apa tentangnya.

Sekali saja. Aku ingin dia secara tiba-tiba muncul kembali menemuiku. Meski dengan cara tidak sopan pun, akan tetap ku sambut.

Aku ... tidak ingin kehilangannya lagi.

"Ra? Zura?"

Dari balik pintu kamarku Olla memanggil seraya mengetuk.

"Udah beres belum mandinya?"

"Iya, udah kok, masuk aja sini," teriakku dari dalam kamar. Saat ini memang aku baru saja selesai mandi dan sedang berdandan. Sudah janjian dengan sahabatku untuk quality time.

Aku sengaja mengajak sahabatku refreshing. Memanfaatkan jatah liburku yang tinggal dua puluh empat jam lagi.

Tepat setelah tahun baru, selama seminggu lamanya aku meliburkan semua pegawaiku dari mulai koki, waiters, resepsionis, kasir, cleaning service, satpam, hingga dishwasher alias petugas pencuci piring. Mereka yang telah bekerja denganku berhak untuk menikmati waktu bersantai mereka bersama keluarga tercinta selama liburan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bekerja dalam jangka waktu lama tanpa liburan dapat mengurangi produktivitas dan kreativitas diri. Selain itu, tingginya risiko terkena stres juga bisa berdampak negatif pada kesehatan. Inilah mengapa liburan dikatakan begitu penting. Semua orang berhak berlibur.

"Perasaan gue aja atau sahabat gue ini emang keliatan makin cantik ya?" Olla mengernyit menatapku. Aku terkekeh kecil mendengar celetukannya.

"Apaan sih lo, ada-ada aja deh. Gue ya gini-gini aja kali. Gada yang berubah." 

Aku kembali membubuhkan blush on berwarna natural peach di sisi kanan-kiri menciptakan efek merona di pipiku yang sebelumnya sudah ku sapukan primer, foundation, concealer, serta bedak. Tipis-tipis saja blush on ku ratakan di tulang pipi. Terakhir, menyempurnakan make up dengan menyemprotkan dewy setting spray agar wajah jadi terlihat lebih segar. Setting spray ini juga berguna untuk membuat make up tahan lama dan melindungi dari polusi udara yang membuat wajah jadi kusam.

"PSYCHOPLAK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang