Jeritan dari kelas XI IPA 2 terdengar begitu memekakkan telinga.
"Apaan sih tuh kelas udah kayak dipenuhin orang-orang kesurupan," omel salah seorang siswa yang tak ku kenal.
"Tau tuh anak-anak cewek pada berisik banget. Udah pada gila kali," timpal kawannya.
"Zuraaaaaaa...!!!"
Bagaimana mungkin Olla tidak berteriak histeris disaat seekor kumbang tanduk menempel lekat di puncak kepalanya membuat cewek-cewek di kelas berteriak tak karuan—takut jika kumbang tersebut mengepakkan sayapnya ke arah mereka.
Aku melangkah secara perlahan menghampiri sahabatku yang terus berteriak namun tubuhnya berdiri mematung tak sedikitpun menggerakkan badan.
Dengan santainya, ku raih kumbang hitam yang ukurannya hampir sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Ku genggam kumbang jumbo tersebut dengan tangan kosong membuat cewek-cewek di kelasku kompak bernapas lega lalu satu-persatu dari mereka mulai turun dari atas meja.
"Udah gue amanin." Aku menunjukkan kumbang yang ku genggam pada semua orang yang berada di kelas.
"Ih Zuraaa ... gue takut banget sumpah!" Olla menepuk-nepuk kepalanya dengan keras saking jijiknya pada serangga bersayap tersebut.
"Buang ih, Zura. Nyebelin banget tuh kumbang pagi-pagi!" omel Jasmine.
"Tau tuh, kenapa muncul ke sekolah deh tuh makhluk!" Pipit menimpali.
Daripada membuangnya, serangga ini kalau ku ajak 'main' nanti malam sepertinya asyik.
Ku lepaskan ransel hitam kesayanganku, meletakkannya di atas meja, membuka resletingnya, lalu serangga hitam pasif di tanganku ini ku masukkan ke dalam tas.
"Ih, ngapain lo masukin ke tas?" kernyit Olla tak habis pikir. Dia masih bergidik ngeri. Berdiri jauh-jauh dariku.
"Tuh kumbang mau lo bawa pulang, Ra?" tanya Jasmine.
"Yah kan mau gue amanin," sahutku santai.
"Astagaaa Zuraaa ..." Olla geleng-geleng kepala. "Gada takut-takutnya lo."
"Lagian, lucu gini apa yang mesti di takutin, sih?" kernyitku tak paham. Karena memang dari dulu pun aku tidak takut pada serangga sejenis kumbang. Pada kecoa terbang saja aku tidak takut, apalagi hanya kumbang.
"Itu nyeremin lo, Ra." Olla merangkul tubuhnya sendiri.
"Ngapain sih lo berdiri disitu? Kan kumbangnya udah gue masukin ke tas."
Mendengar ucapanku, Olla berjalan dengan perlahan lalu duduk tepat disampingku. Kondisi kelas sudah benar-benar aman terkendali. Kini, aku celingak-celinguk.
"Tuh anak kemana, sih? Kok jam segini belum dateng?" Ku perhatikan, arloji tengkorak yang melilit pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 06:40. Sebentar lagi bel masuk.
"Lo nyariin Rizlan, ya?" Olla mengukir sunggingan menggoda.
"Ih apaan sih, nggak, kok." Aku menggembungkan pipi. Olla tergelak.