🍂Ultah Mama🍂

401 55 7
                                    

Aira dan Delia sudah menyusun dengan rapih semua kue-kue pesanan yang akan Aira bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira dan Delia sudah menyusun dengan rapih semua kue-kue pesanan yang akan Aira bawa. Dengan masih menunggu, Delia memaksa kembali Aira untuk mengecek riasan yang sudah melekat. Menjaga agar tidak pudar sebelum acara dimulai. Aira jenuh. Sedari tadi Fauzan belum juga menjemputnya sesuai waktu perjanjian.

"Udah dong Mbak! Masih aman kok."
"Mbak memastikan aja. Takutnya luntur make up kamu."
"Lagian gak perlu segininya Mbak. Aira malah gak suka kalau terlalu berlebihan."
"Ini gak berlebihan. Hanya mau buat wajah kamu kelihatan fresh. Nantinya kamu bakal dilihatin orang-orang. Apalagi yang bawa kamu itu Fauzan. Jadi jangan sampai malu-maluin Fauzan, Aira."

Aira mendengus kesal. Sejak semalam Delia terus merecokinya dengan segala hal. Ia harus begini harus begitu. Membuat ia semakin malas untuk pergi. Tapi bagaimana lagi. Fauzan sudah sangat berharap dan terus bersemangat di saat ia mengatakan bisa untuk menghadiri acara Mamanya.

"Assalamualaikum." Dengan nada ceria dan senyuman sumringahnya.
"Nah, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga." Lontar Delia.

"Maaf ya Aira. Tadi aku mengurusi sedikit persiapan acaranya. Tamu udah mulai berdatangan. Di depan juga udah aku persiapkan 2 mobil untuk membawa semua pesananku.

Aira berdiri dan membenarkan sedikit penampilannya. Fauzan semula tertegun dengan keanggunan Aira yang berbalut dress pink nya. Terlihat semakin manis pada diri Aira.

"Ekhem! Jangan terlalu lama mandangin Adikku Zan!"
Fauzan tersentak dan menampilkan senyum kikuknya.

"Ya udah, sekarang kita angkut semuanya ya."
Dibantu beberapa karyawannya juga. Merapikan semua box-box kue pada 2 mobil milik Hotel Fauzan. Serasa semua sudah aman, Fauzan menuntun Aira pada mobilnya.

"Selamat ulang tahun untuk Mama kamu ya Zan. Semoga acaranya berlangsung baik."
"Amin.... Terimakasih doanya. Aku pinjam Airanya dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

Sepanjang jalan, masing-masing dari mereka masih saling terdiam. Merasa canggung. Berulang kali Fauzan melirik sekilas ke arah Aira yang sangat cantik di pandangannya.

"Hmm.... kamu bawa apa Aira?"
Aira tersadar apa yang dipertanyakan Fauzan. Sebab, sedari tadi ia menggenggam erat bingkisan yang ia bawa. Dengan malunya ia menjelaskan.

"Hmm.... ini kado untuk Mamanya Mas. Sebenarnya Aira bingung mau kasih apa. Jadi.... ini aja Mas. Semoga Mamanya Mas suka."
"Ya ampun Aira.... gak usah repot-repot. Kamu udah mau hadir aja udah buat aku senang. Terimakasih ya. Mama pasti suka." Mengulas senyum sumringahnya yang membuat Aira semakin canggung.

💐~💐

Ballroom Hotel Nawangsa sudah dipenuhi banyaknya tamu undangan yang notabenenya ialah teman-teman Mayang dan beberapa kolega bisnis sang suami. Mayang sangat cerianya menyambut kehadiran teman-teman akrabnya. Ia tidak menyangka semua akan seramai ini. Terus bercengkerama dengan para tamu lainnya.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang