🍂 Terwujud 🍂

201 23 8
                                    

Letih mengikuti semua agenda persiapan suatu Wedding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Letih mengikuti semua agenda persiapan suatu Wedding. Mengkroscek kinerja para staf agar tak ada satu kesalahan pun. Di saat genting seperti ini, ia kehilangan bala bantuan sang Asisten. Tanpa kabar yang jelas, sudah 2 hari Arlan berhalangan hadir. Sekali beralasan hanya melalui Sekretaris nya, bahwasanya temannya itu tumbang. Penyakit lama yang tiba-tiba menyerang. Tidak mungkin juga memaksakan raga Arlan yang melemah. Ia beri waktu rehat tapi malah imbasnya, diri nya lah yang cukup kewalahan.

"Bagaimana kabar pak Arlan? Apa sekarang kamu sudah mendapatkan kabar terbarunya?"
"Belum Pak."
"Bahkan kamu juga tidak dikabari?"
"Hmm.... Iya. Mungkin.... memang lagi butuh istirahat yang ekstra dulu Pak."
"Setidaknya si Arlan mengabari kondisinya. Kalau cukup parah bisa aku bawa dia berobat. Bagaimana bisa aku menentukan waktu keberangkatanku. Tiba-tiba banget begini."

Dumelan Fauzan terlihat sangat lucu bagi Clara. Salah kah ia yang terlalu mengagumi atasannya ini? Dengan paras tampan cukup manly nya Fauzan, malah semakin membuat Clara merasa gerah. Mereka hanya berdua. Kesempatan langka bagi Clara. Betahnya Fauzan bertandang dalam ruangannya dengan alasan ingin mencari tahu lebih lanjut kabar sang Asisten yang tak kunjung memberi kabar yang valid.

"Kamu terus cek jadwal keberangkatannya! Saya belum bisa menentukan sekarang. Rencananya nanti saya mau langsung menjenguk teman keparat ku itu."
"Hahaha.... Pak Fauzan sebegitu lucunya kalau lagi marah. Wajah tegas Bapak ini.... pasti terlihat mengesankan di pandangan Aira setiap harinya."

Sunggingan senyuman itu malah semakin melelehkan hati Clara.
"Kamu salah besar. Kalau di rumah, yang lebih tegas itu istri saya. Lebih garang, lebih judes, lebih gak mau kalahnya kalau sedang berdebat. But, she's my wife. Saya merasa senang kalau istri saya dalam mode mood yang gak karuannya. Ujung-ujungnya, minta dipeluk."

Kembali flat raut Clara mendengar semua curahan hati bos yang sangat terlihat mengagumi istrinya itu. Ia semakin ragu akan siasat dirinya, apakah berhasil atau malah berujung sial untuk ke depannya.

"Ya sudah, saya mau balik menjemput istri saya. Kemungkinan besok akhir keputusannya. Schedule tidak bisa lagi saya undur. Semoga saja pak Arlan sudah dalam keadaan membaik sebelum di hari keberangkatan. Kembali bekerja!"
"Baik Pak."

Langkah jauh si bos sedikit mengecewakan hatinya. Belum ada kemajuan sama sekali. Dalam keadaan sibuk pun yang teringat tetap istri tercintanya.
'Sabar Clar. Niat Lo harus tercapai. Gue harus terus desak pak Arlan untuk mencari cara supaya gue bisa ikut.'

Menggerakkan jarinya cepat mengetik sebuah pesan. Pria obsesnya yang ia jadikan sebagai umpan masih saja mengirimi pesan haus perhatiannya.

My Baby : "Rencananya pak Fauzan mau menjenguk kamu Beb. Tetap ya, cari cara agar aku juga bisa ikut."

My Baby : "Aku rasa cara kamu ini bakal bisa berhasil.
Lemas membaca pesan beruntun Clara. Dirinya tak berbohong. Kepala kembali pusing begitu nyerinya. Penyakit vertigo yang sudah dari dulunya ia idap. Pasti sesekali akan kambuh sekiranya terlalu banyak berpikir dan pola hidup yang kurang sehat. Secara mendadak ia rasakan lagi. Namun itu semua berhasil memancing sebuah ide brilian yang ia rasa bisa sedikit membantu mewujudkan keinginan kekasih barunya.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang