🍂Mama Mertua🍂

608 67 19
                                    

Dengan tingkah layaknya anak kecil, Fauzan terus girang setiap kali ia membuka semua kado-kado pernikahan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan tingkah layaknya anak kecil, Fauzan terus girang setiap kali ia membuka semua kado-kado pernikahan mereka. Aira yang melihat dan mendengar hanya mampu menggeleng sembari sesekali menegur sebab sangat berisik ia dengar.

"Kita dapat piyama couple Sayang. Lucu nih kalau kita foto pakai piyama couple ini."
"Foto aja sendiri."
"Jangan dong. Udah punya istri masa masih sendiri aja sih. Biar kayak couple goals lainnya Sayang."
"Apa Mas gak malu dengan umur? Masih aja pemikirannya kayak anak ABG."
"Hahaha.... Mas kelihatan tua banget ya? Emang sih, umur kita jauh. 9 tahun. Tapi mas masih bisa kok ikuti cara pacarannya anak-anak muda sekarang. Ngomong-ngomong, Aira.... pernah pacaran gak?"

Mengerutkan keningnya di saat Fauzan menanyakan hal yang ia anggap sangat tidak pentingnya. Semakin mendekatkan jaraknya seakan ingin lebih serius mendengarkan jawaban dari Aira. Aira mendorong pelan tubuh Fauzan dengan jari telunjuknya menjaga-jaga sekiranya Fauzan akan bertindak seenaknya lagi.

"Kok diam? Pernah ya?"
"Kenapa jadi itu sih yang dibahas?! Minggir Mas!"
"Pernah atau gak? Mas cuma pengin tahu jawaban kamu."
"Enggak! Mas seharusnya tahu dari sikap Aira. Pacaran itu sumber dosa!"

Menyunggingkan senyumannya puas akan jawaban Aira.
"Alhamdulillah. Pantas aja kamu masih lugu. Berarti.... mas yang pertama buat kamu kan?"
Kembali mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan ambigu Fauzan. Fauzan yang paham sedikit terkekeh.
"Yang kita lakukan tadi siang Sayang. Mas.... First kiss kamu kan?"

Aira tersentak dengan kembalinya ia diingatkan moment termalu untuk dirinya sepanjang hidupnya. Tindakan Fauzan benar-benar di luar dugaan. Bisa-bisanya ia lengah dan membiarkan Fauzan mengambil ciuman pertamanya.

Fauzan terkekeh puas mengolok raut malu-malu Aira yang jika ia bercermin sangat terlihat semburat merah pada kedua pipinya.
"Mau mas cium lagi gak?"
Pertanyaan jahil Fauzan yang terus berusaha mengolok dirinya semakin membuat Aira geram. Dengan sisa-sisa bungkus kado yang berserakan, ia ambil dan ia sodorkan tepat di wajah Fauzan yang ingin berusaha mendekati dirinya.

"Jangan macam-macam lagi dengan Aira!!!" Amukannya sembari terus berusaha menghindar dari kejaran Fauzan yang tidak berhentinya menjahilinya. Satu kamar yang benar-benar sudah berserakan mereka buat.

💐~💐

Sorotan lampu dan tangkapan flash kamera tepat mengambil foto dirinya dengan pakaian yang mungkin sangat tidak nyaman untuk ia pakai. Semua ia lakukan sebab paksaan. Lisa meratapi nasib buruknya pada karir yang ia anggap akan membawanya pada kesuksesan malah menginjak-injak dirinya.

"Ok, cukup! Sampai di sini saja."
Perintahan tegas satu pria yang memang sudah sangat ditugaskan untuk memimpin prosesnya pemotretan para model-model pilihan. Satu pria lagi yang baru masuk dengan angkuhnya langsung menarik keluar Lisa dengan sedikit memaksa.

"Sakit Ren!"
"Gerak Lo lama banget!"
Dorongan kuat ia terima setelah memasuki ruangan lainnya yang tidak jauh dari ruangan pemotretannya. Lisa memundurkan langkahnya sebab ia tahu apa yang selanjutnya ia terima.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang