🍂Terkalahkan🍂

433 54 11
                                    

Fauzan kembali merubah penampilannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fauzan kembali merubah penampilannya. Lebih santai dari sebelumnya. Dari celah pintu yang terbuka, Mayang menelisik heran sang putra.

'Kenapa anakku jadi begini sih? Dari tadi gak berhenti di depan cermin. Sudah kayak anak gadis aja.'
"Fauzan pamit ya Ma. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

Setiap langkahnya Fauzan terus bersenandung ria. Moodnya benar-benar sangat bahagia. Ia merasa mendapatkan sebuah kesempatan.
"Albi, om siap jadi om angkat kamu. Apalagi suami dari Bunda kamu. Dukung om ya! Hihihi...."
Menancapkan gas dengan kecepatan penuh. Sudah sangat tidak sabarannya.

Memasuki area Basement, Fauzan keluar dan membuka bagian bagasi untuk mengambil semua bungkusan paper bag yang berisikan banyak mainan yang sudah ia beli. Membawanya pada ruangan dimana Albi dirawat.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Seruan semuanya.

Tatapan Fauzan semakin melebar di saat ia menemukan satu pria yang kini tengah asik mengobrol dengan Aira.

"Om!"
Panggilan Albi menyentaknya.
"Astaghfirullah.... apa-apaan kamu Zan? Ini semua apa?" Tanya penasaran Arbani pada banyaknya paper bag di genggaman Fauzan. Fauzan masih salah fokus.
"Hei! Ditanyain kok malah bengong."

Pada akhirnya, Aira menyadari kehadiran Fauzan. Aira pun terikut terheran dengan semua barang-barang yang Fauzan bawa.

"Mas, ini apa?" Tanyanya terikut bingung.
Fauzan tersenyum kikuk.
"Ini mainan untuk Albi."
"Ainan?!" Tanya Albi dengan semangatnya.
"Iya, Albi. Om bawain mainan untuk kamu. Supaya kamu semangat makan, minum obat dan gak lemas lagi. Biar cepat sembuh."
"Yeayyyy....! Abi ada ainan....! Abi ada ainan!" Soraknya kembali dengan girang.

Fauzan langsung menyusuri dan mengambil posisi bagian brankar Albi. Menaruh semua paper bag dan mengeluarkan semua mainan yang sudah ia beli.

"Ya Allah.... nak Fauzan, ini terlalu banyak. Untuk apa sebanyak ini Nak?"
Hanum menatap tidak menyangka ke semua mainan-mainan baru yang masih tersegel pada bungkusnya. Fauzan hanya terkekeh menanggapi semua keheranan mereka.

"Aku gak bisa ganti uang kamu kalau sebanyak ini Zan." Timpal Delia menambahi.
"Enggak perlu Del. Ini benar gratis untuk anak kamu."
"Jangan terlalu memanjakan Albi dengan mainan sebanyak ini Mas! Takut malah menjadi kebiasaan."
"Abi uka engan ainannya Unda. Telimakacih Om."

Fauzan mengusap gemas pucuk kepala Albi. Dan ia pun mendapatkan pelukan hangat. Pemandangan indah itu sangat memanaskan hati Dafa. Dafa yang kini malah serasa diacuhkan keberadaannya.

"Sesekali gak apa-apa. Ini sebagai tanda awal pertemananku dengan Albi." Mencuri pandang ke arah Aira yang juga memandangnya. Diam-diam Fauzan menyunggingkan senyuman jahilnya untuk sekadar meledek Aira mengenai kata pertemanan darinya.

"Sekarang kamu sudah senang kan? Om Fauzan nya sudah ada di sini. Dari tadi Albi nanyain kamu terus."
"Oh, ya?? Wahhhh.... om jadi senang kalau Albi benar-benar mau berteman dengan om. Kamu cepat sembuh ya! Kalau sudah sembuh, om akan ajak kamu jalan-jalan."
"Benal Om?!"
"Iya."
"Yeayyyy....! Cama Unda uga ya Om? Kita alan-alan."
"Ok."

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang