🍂 Berdamai dan Pisah 🍂

387 37 11
                                    

"Ok, Clara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ok, Clara. Terimakasih atas bantuan kamu. Jadwal yang sudah sesuai bisa diinfokan juga ke pak Arlan nya ya. Beri tegasan jangan sampai telat untuk menjemput saya di hari besoknya nanti. Informasikan juga apa-apa saja yang perlu dibawa. Semua harus kamu persiapkan. Besok saya masih mau bekerja di rumah saja."
"...."
"Baik. Terimakasih."

Menyudahi aktivitas pada ruang kerjanya. Membenahi beberapa map berisi berkas yang akan ia bawa. Waktunya tersisa 1 hari lagi sebelum keberangkatan.

Terdiam sebentar memikirkan istrinya yang masih saja bersikap asing terhadapnya. Bicara sekenanya, enggan menatap dengan teduhnya dan jarang sekali mengikuti perintahannya. Sudah lebih dari 3 hari mereka saling terdiam.

Menutupi rapat ruang kerja. Berjalan mengarah ke kamar dimana sedikit celah pintu terbuka. Melirik kesana kemari tak ia temukannya Aira.
"Sayang...."
Tak ada sahutan. Mengecek pada kamar ganti mereka tetap tak ada.

"Aira, kamu dimana Sayang?"
Tersisa satu ruangan yang harus ia cek. Menekan perlahan kenop pintu kamar mandinya. Baru bergeser sedikit pintunya, pandangan terkejut Fauzan mendapati tubuh istrinya terkulai lemah meringkuk pada lantai kamar mandinya.

"Astaghfirullah, Sayang!"
Mengangkat tubuh Aira. Membawa tubuhnya pada area ranjang. Tubuh yang terasa masih sedikit menghangat. Sudah beberapa hari ini dirinya benar merasakan lemahnya Aira. Suhu menurun dan sudah memanggil dokter kepercayaannya untuk mengecek kondisi tubuh Aira. Tetap belum membaik.

"Istri pak Fauzan terlalu memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Saat ini, kita memang belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan dari buk Aira. Tapi tenang pak Fauzan. Proses cepat atau lambatnya tumbuh janin pada setiap rahim itu berbeda-beda. Bukan berarti setelah melakukan hubungan badan, akan langsung mengandung. Ada proses berhasil dan gagalnya sel sperma membuahi sel telur. Tidak mulus-mulus saja. Saya rasa, buk Aira ini tipikal orang yang suka terlalu memikirkan hal-hal yang ia takutkan. Gampang mengalami trauma. Itu tidak baik."

"Iya Dok. Istri saya memang pernah mengalami rasa trauma. Saya juga menilai seperti itu. Aira sangat pemikir orangnya. Hal kecil bisa menjadi besar. Hal yang belum tentu menjadi sumber masalah, malah sudah lebih dulu ia takutkan. Saya benar-benar belum sempat untuk menunaikan janji saya. Saya masih sibuk Dok. Dan.... saya ingin menenangkan istri saya selama kepergian saya nanti. Saya berpikir, kalau dari sekarang saya membawa Aira mengecek kandungan, kalau semisal masih hasil yang negatif, akan semakin mematahkan semangat istri saya. Meninggalkan Aira dalam keterpurukannya, saya gak sanggup Dok."

"Iya, benar. Sekarang saya kasih obat penurun panasnya dulu. Ini masih tergolong aman. Saya masih ingin menjaga sekiranya kalau benar istri pak Fauzan nanti mengandung, obat ini masih bisa tergolong yang aman. Saran saya, sementara waktu ini, terus temani istri Bapak. Jangan sampai merasa sendirian. Tingkat emosionalnya masih naik turun Pak. Takut melakukan hal buruk yang tidak kita inginkan."
"Baik Dok. Terimakasih."

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang