🍂The Wedding🍂

764 72 13
                                    

PRANKKK! BAMMM!"Aarghhhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PRANKKK! BAMMM!
"Aarghhhhh....!! Kenapa kamu jahat Aira!! Kenapa kamu jahat Aira!! Hiksss.... Hikssss.... Kamu ninggalin aku. Kamu khianatin aku Aira.... Hiksss.... Hikssss.... Kenapa dia? Kenapa dia yang kamu pilih? Kurang aku apa Aira.... Hiksss.... Hikssss...."
"Dafa.... Buka pintunya Nak! Jangan seperti ini Dafa!"
"Tinggalkan Dafa sendiri Pa!!"

Kekacauan terjadi di kediaman Ridwan. Dafa dan istrinya tengah menggila sebab kartu undangan yang Dafa terima. Ia bingung harus menenangkan siapa.
"Dafa.... Ikhlas Nak. Aira bukan jodoh kamu. Aira berhak memilih. Kamu juga pasti bisa seperti Aira. Bahagia dengan pilihan yang terbaik dari Allah, Nak."

Dafa menangis meringkuk pada kamarnya. Dirinya sangat lelah menangisi nasibnya. Wanita yang ia cintai dan ia harapkan, malah memiliki rencana lain.
"Aku gak bisa terima ini Aira. Aku mencintai kamu. Kamu tahu perasaan aku. Kamu tahu Aira, tapi kenapa kamu malah mematahkan hatiku seperti ini. Aku harus apa? Hiksss.... Hikssss.... Aku harus apa Aira?"

~ The Wedding

Pada jam yang telah ditentukan, lambat laun para tetamu sudah mulai berdatangan. Hotel Nawangsa sebagai tempat pilihan kedua keluarga menyelenggarakan sebuah acara sakral putra dan putri mereka yang kini tengah pada kegugupannya.

Sanak saudara sudah berdatangan di hari sebelumnya. Berpartisipasi juga dalam membantu melancarkan acara pernikahan yang tepat di hari baik yang mereka pilih. Pernikahan Aira dan Fauzan. Masing-masing masih dipisahkan di ruangan yang berbeda. Tengah dirias dan diberikan pengarahan dari setiap keluarga yang mendampingi.

"Mbak, ini terlalu pucat deh Mbak."
"Iya Buk. Ini belum selesai semuanya."
" Pasti bakal tambah ayu kamu Aira."
"Alhamdulillah, ponakanku iki sebentar lagi melepas status lajangnya. Bismillah yo Ra."
"Injih Bude, Bulek."

Aira terus merapalkan doa dan dzikir setiap kegugupannya hari ini. Masih tengah dirias dan akan dipakaikan sebuah gaun putih yang sudah dipersiapkan. Tidak berapa lama, dari arah pintu, dirinya kehadiran semua teman-temannya yang baru saja datang. Pelukan hangat yang ingin mereka lakukan langsung dicegat oleh beberapa saudara Aira.
"Eits! Jangan sentuh Airanya! Masih didandani to. Sing sabar, sing kalem!"
Aira sedikit terkekeh melihat semua reaksi teman-temannya.

"Aira....! Kamu cantik banget. Semoga lancar ya Ai."
"Gila sih. Kita baru tahu kalau mas Fauzan itu pemilik hotel ini."
"Artinya.... kamu bakal jadi Nyonya besar Aira....!" Geram Acha lebih mendominasi teman-temannya. Mereka bertiga menjadi sedikit malu dengan pengungkapan Acha yang sedikit tidak ada rasa malunya. Aira hanya mengulas singkat senyumannya.

Lain hal dari Aira. Fauzan yang sudah lebih dulu selesai dalam riasannya, tengah berdiri memojok sembari terus mengulang-ulang kalimat panjang yang nantinya akan ia lafalkan saat Ijab Kabul nantinya. Semua yang melihat terus tersenyum meledek dengan kegugupan Fauzan. Tak terkecuali teman-temannya yang memang sengaja hadir pada ruangannya sekadar menjahili calon pengantin.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang