🍂 Ramuan Mama 🍂

337 37 7
                                    

"Terimakasih ya Daf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terimakasih ya Daf. Dari kemarin kamu udah luangkan waktu ngebantu aku terus. Ikutan Bazar semua dagangan aku. Apa waktu weekend kamu gak keganggu?"
"Enggak lah. Justru ikut kamu jualan malah seru. Banyak diam di rumah boring Ai. Di sini kita jualan bisa nyambi melihat semua keramaian manusia-manusia random. Happy banget bisa banyak belajar dagang bareng kamu. Semoga laris manis terus ya."
"Amin."

"Punya teman yang bisa selalu support itu rasanya bersyukur banget. Kamu juga udah mengajarkan aku untuk bisa percaya diri dengan apa yang aku bisa lakukan. Kamu orang pertama yang nekat banget minta aku bisa jadi teman kamu. Maaf ya. Yang kemarin itu aku terlalu ketus ke kamu. Ternyata kamu orangnya baik."

"Yaaa.... Sesuai pepatah kan? Tak kenal maka tak sayang. Kamu memang perlu menerima siapapun dulu yang ingin berteman dengan kamu. Berteman sekedarnya aja. Sembari kamu mengenali karakternya. Kalau sekiranya dia baik, baru deh kamu masukkan list jadi teman terbaik kamu."

"Aku terlalu takut untuk mempercayai siapapun. Mindset ku udah tertutupi rasa takut akan masa laluku dulu Daf. Maaf juga ya. Kemarin aku udah meluapkan semua kesalku ke kamu. Udah dengan bodohnya malah membuka semua aib ku sendiri. Aku mau kamu jangan sampai menyebar luaskan aib ku ini kalau kita udah berteman baik. Karena belum tentu semua orang bisa bersimpati dengan masa lalu burukku."

"Iya. Aku bukan seperti Acha dan Elsa yang suka banget ngebuka aib teman sendiri."
"Hihihi.... Iya juga. Tapi mereka asik. Kamu mengenalkan aku ke mereka malah semakin membuat aku merasa ramai. Mereka memang seheboh itu ya? Seru juga."

"Dari dulu aku terus dirempongkan dengan mereka berdua Ai. Dari SMP, SMA sampai sekarang pun bisa-bisanya masih tetap barengan. Ngekor muluk kayak anak ayam."
"Hahaha.... Jahat kamu. Udah ya! Sekarang waktunya pulang."

'Niatku dari dulu tetap sama Ai. Aku nekat mendekati kamu karena aku suka dengan kamu. Kamu malah menganggap ini semua hanya berteman biasa. Huffftttt.... Sampai sekarang pun Aira gak pernah lagi mau membalas semua pesan-pesanku. Kamu benar udah bahagia sekarang Ai??'

BRAKKK!
Dobrakan pintu kamarnya. Mengelus dada sebab rusuhnya Lisa memasuki lancang kamarnya. Membuka laci nakas dirinya tengah mencari sesuatu dengan gusarnya.

"Kenapa sih kak? Tolong kalau masuk itu ketuk pintu dulu. Enggak sopan banget. Kalau Dafa lagi dalam keadaan gak memungkinkan kan gak baik kak. Kamar termasuk hal privasi."
"Bacot Lo! Minyak angin Lo mana? Gue butuh."

Menelisik seluruh peluh yang terus mengucur pada wajah Lisa.
"Sakit?"
"Perut gue kembung."
"Udah sakit begini baru pulang. Papa sama Mama khawatirin kakak terus. Dihubungi susah banget."

"Bisa gak sih Lo diam dulu?! Mending Lo cari minyak angin Lo sebelum gue ngotorin kamar Lo dengan muntahan gue. Banyak omong banget."
Berdecak kesal. Lisa sangat mengganggu ketenangannya.

"Duhhh.... Pusing banget lagi."
"Nih! Kalau gak enak badan mending ke klinik kak. Kalau gak kuat pergi sendiri biar Dafa yang temani."

"Enggak perlu! Kembung biasa aja kok. Kasih minyak angin entar juga sembuh."
"Ok, terserah. Tapi kalau masih belum ada perkembangan bilang ke Dafa. Kita ke klinik aja langsung. Takut ada penyakit lainnya. Ini kebiasaan buruk kakak kalau gak langsung pulang. Entah apa aja yang kakak lakukan di luar. Sering ke Club ini ganjarannya kak. Kakak harus paham, dalam dunia kedokteran kalau keseringan meminum minuman yang beralkohol itu bisa merusak perlahan-lahan organ pencernaan kakak. Lambung, ginjal, jantung, bahkan hati bisa rusak kak. Dan satu lagi. Haram hukumnya dalam agama kita. Kakak tahu itu kan?"

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang