🍂Om Baru Albi🍂

433 63 4
                                    

Aira sangat terburu-buru menyusuri ruangan yang sudah diinfokan oleh Delia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira sangat terburu-buru menyusuri ruangan yang sudah diinfokan oleh Delia. Albi sudah kembali sadar dan dipindahkan pada ruangan rawat inap. Fauzan sedikit kewalahan mengejar.
"Albi.... keponakannya bunda...."
"Unda?"
Aira mengelus dan mengecup berulang kali kening Albi.

"Ini keperluan kamu Del dan ini juga punya Ibuk."
"Terimakasih nak Fauzan."
"Iya Buk. Dan ini tadi kita juga sempatkan pesan makanan. Ada juga untuk Albi. Om sudah belikan makanan kesukaan Albi sesuai pilihan dari Bunda. Ada buah-buahan juga. Nanti semuanya harus dimakan ya."

Albi mengangguk perlahan dengan senyuman kakunya.
"Terimakasih Zan. Hari ini kamu benar-benar sudah aku repotkan. Dan gak seharusnya kamu membelikan ini semuanya."
"Sesekali Del. Arbani gimana?"
"Sudah jalan ke sini. Mungkin sebentar lagi."

"Ibuk kalau mau bersih-bersih dari sekarang aja Buk. Delia mau ke bawah dulu. Barusan mas Arbani tanya ruangannya dimana. Biar Delia jemput dulu."
"Iya, kamu samperin Arbani. Ibuk ke toilet dulu ya."

Hanum dan Delia sudah meninggalkan ruangan. Meninggalkan Fauzan dan Aira yang kini tengah menghibur si kecil Albi. Lebih tepatnya Aira lah yang lebih leluasa berinteraksi dengan keponakan lucunya. Fauzan sejak tadi hanya terpaku takjub dengan cara Aira menghibur si kecil Albi. Tertawaan mereka sangat menghangatkan hati Fauzan.

"Om.... Abi au num cucu."
Aira terkejut dengan gamblangnya Albi meminta Fauzan membuatkan susu untuknya.
"Biar Bunda aja ya?"
"Aaaaa.... Enggak Unda! Abi au Om yang uattan." Nada manjanya dengan suara yang sangat menggelitik Fauzan.

"Ok. Om buatkan untuk si kecil Albi. Hmm.... tapi.... bagai-mana cara buatnya Aira?" Menatap lekat ke arah Aira meminta arahan. Sekilas Aira tersenyum mendapati raut keterbingungan Fauzan.

"Di tas yang sudah Aira bawa tadi, ada susu yang baru kita beli tadi Mas. Ambil botol dotnya, nanti Mas tuangkan 5 sendok susu. Mas isi 100ml air panas yang ada di pojokan itu. Dan dicampur juga dengan air biasa supaya gak terlalu panas. Terakhir tinggal Mas aduk aja ya."
Fauzan mengangguk dan segera melaksanakan semua aturan yang sudah Aira terangkan.

Walaupun masih sangat kaku, tetap Fauzan lakukan dengan sangat hati-hati. Dari kesibukan Fauzan, diam-diam Aira tersenyum kegelian melihat raut serius bercampur kebingungan dari Fauzan.

"Albi anak Papa!" Seruan Arbani menghentikan pandangan Aira. Arbani langsung memeluk sang anak. Mencium dan membelai dengan rasa penyesalannya tidak bisa menemani proses yang sudah anaknya lalui.

"Sudah Mas, semuanya sudah tertangani. Tinggal tunggu reda panasnya."
"Bos keparat aku itu sama sekali gak bisa memberi aku izin Ai."
"Kan masih ada kita Mas. Walaupun mbak Delia telat hubungi kita. Tapi Alhamdulillah masih sempat tertolong. Tolong lain kali jangan biarkan hal seperti ini lagi Mbak, Mas!" Pinta Aira.

"Nah.... susunya sudah jadi nih. Enggak terlalu panas juga. Albi habisin ya!"
Albi tersenyum manis dan menerima botol susu pemberian dari Fauzan. Arbani bangkit dan memeluk sang sahabat menyalurkan rasa terimakasihnya sebab ada bantuan tulus dari Fauzan juga.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang