🍂Hari Yang Terencana🍂

378 49 0
                                    

Aira ditemani Nisa menjelajahi seluruh toko pakaian pria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira ditemani Nisa menjelajahi seluruh toko pakaian pria. Mereka berdua kebingungan mencari yang sesuai.
"Ini juga bagus Ai."
"Tapi aku yakin pasti gak suka. Bukan style Dafa."
"Cieee.... ekhem! Yang lebih tahu soal Dafa. Iya deh. Hihihi...." ledek Nisa memancing gelengan Aira. Salahnya yang meminta ditemani oleh Nisa.

"Kalau yang ini gimana? Aku sering melihat Dafa pakai jaket-jaket denim kayak gini Nis."
"Iya Ai. Cocok banget itu. Style nya Dafa banget. Anak mama tapi sangar. Karakter Dafa banget."
"Ukurannya pas gak ya?"
"Pas lah Ai. Dafa kan kurus. Sekarang tinggal aku nih yang bingung mau beliin apa untuk Dafa."

Aira dan Nisa terus mengelilingi area Mall hingga mereka merasa lapar dan haus. Aira membawa Nisa pada salah satu gerai makanan. Ia terhenti sebentar dikala ia mengingat tempat yang sama yang pernah ia kunjungi.

"Kenapa Aira?"
Aira menggeleng dan terus masuk bersama Nisa. Memilih tempat duduk paling pojok.

"Eh, Mbak?!"
Aira tercengang dengan kembalinya ia bertemu satu pelayan yang masih ia kenali wajahnya. Begitu juga dengan satu pelayan tersebut yang juga merasa masih mengingat diri Aira. Nisa memperhatikan keduanya.

"Saya gak salah orang kan? Mbaknya yang waktu itu pernah mampir ke sini bareng Mas gantengnya dan anak kecil itu kan?"
Nisa melebarkan kedua bola matanya mendengar semua omongan si pelayan. Aira hanya mengangguk pelan dan menunduk malu.

"Wahhhh.... Masnya mana Mbak? Apa kabar? Kok gak diajak ke sini juga?"
"Siapa Ai?"
Aira tidak menjawab ia hanya langsung memfokuskan diri untuk memilih-milih makanan yang ia mau.

"Kalau sama Masnya aja, jawabannya terserah. Kalau sama teman Mbaknya main langsung mesan aja nih. Kelihatan ya Mbak mana yang grogi sama enggak. Hihihi...."
"Mbak! Bisa gak sih gak usah gangguin teman saya terus?!" Celetuk geram Nisa.
Pasalnya, Aira sampai kaku menunduk merasa malu.

"Sorry Mbak. Saya gak  bermaksud apa-apa kok. Maaf ya Mbak."
Nisa dengan cepat membantu Aira memilih makanan yang sudah mereka unjuk sebab Nisa melihat raut Aira yang masih terdiam malu.

"Pernah sama siapa kamu ke sini? Mbak yang tadi sampai kenal kamu banget."
Aira tidak menjawab

"Sama Dafa?" Tebak asal Nisa.
"udahlah Nis. Kok jadi kamu sih yang membuat aku kesal."
"Habisnya, kamu buat aku penasaran banget. Sampai si Mbaknya bilang kamu bawa anak kecil. Anak kecil siapa? Kamu dekat dengan duda ya?"

Nisa malah semakin membuat Aira memerah geram. Bisa-bisanya Nisa beranggapan bahwa dirinya dekat dengan duda beranak satu.
"Ya udah deh, maaf. Kita lupakan aja. Siapapun itu, semoga bukan om-om genit. Hihihi...."
"Nisa....!" Kesal Aira kembali.

Aira pulang tepat di waktu Asar. Ia terburu-buru masuk sembari membawa beberapa paper bag.
"Udah selesai shopping nya?"
Aira tersenyum menanggapi ledekan sang Ibu yang ia tahu pasti Ibunya sangat menunggu dirinya pulang.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang