🍂 Rindunya Aira 🍂

385 44 15
                                    

Seperti inikah ditinggal kekasih selama berhari-hari lamanya? Kekasih yang sudah lebih dalamnya hatiku tercuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti inikah ditinggal kekasih selama berhari-hari lamanya? Kekasih yang sudah lebih dalamnya hatiku tercuri. Apakah seperti ini? Diberi jarak seperti ini saja, aku sudah meraung-raung. Sudah merasa seakan beratus tahunnya tak bertemu. Aku baru handal dalam mengucap kata cinta, dalam mengumbar perasaan dari setiap tindakanku. Baru handal mengekspresikan betapa aku butuh dirinya.

Pria dewasa yang sudah berbulan lamanya mengajarkanku ketulusan cinta, pengorbanan cinta dan kegilaan cinta. Dia priaku, suamiku. Yang kini dengan tingkah leluconnya menari-nari tidak jelasnya sekadar untuk menghibur tangisku lagi. Dengan satu pakaian malamku yang ia bawa malah justru ia jadikan sebagai alat penghiburku.

Bodohnya ia memakai dan bertingkah konyol di sebalik layar panggilan video darinya. Ini hari keempat, sangat serasa rindu mendera. Serasa ingin terbang ke dirinya dan memeluknya. Meneriaki tepat di telinganya, "Mas....!! Hiksss.... Hiksss.... Enggak sopan banget pakai pakaian Aira. Mas Zalimi pakaian Aira.... Hiksss.... Hiksss...."

"Hahaha.... Sayang.... mas lagi cosplay jadi kamu. Kalau kamu menggoda mas di malamnya kan kayak gini."
"Mana ada Aira joget-joget kayak gitu!! Mas udah ih! Malu tahu! Enggak sesuai banget dengan badan, umur dan brewok Mas."
"Hahaha.... Makanya kamu jangan nangis muluk dong! Setiap mas telepon, kamu terus mewek. Mas kan udah bilang ke Aira, kalau Aira masih aja suka nangis, mas kerjanya gak bakal tenang. Kepikiran kamu muluk."

"Aira juga gak tahu. Aira pengin nangis aja. Hiksss.... Hiksss.... Kalau Mas gak pergi, mungkin Aira gak secengeng ini."
"Hmm.... Ok. Mas gak berani melawan argumen kamu. Kita ganti solusi aja deh. Mau tebak-tebakan gak?"
"Apa lagi....? Aira lagi malas berpikir Mas."
"Ayo lah Sayang. Mas udah siapin tebak-tebakan untuk kamu nih."

Mengerucutkan bibir dan menghapus dengan kasar semua pipi basahnya. Membenarkan posisi terduduknya.
"Ya udah, apa? Jangan kasih tebak-tebakan yang terlalu ngebuat kepala Aira pusing lagi Mas."
"Iya. Enggak susah kok."

Masih dengan penampilan absurd nya. Mengambil satu guling, menelungkupkan diri, menopang kepala dengan kedua tangan sebagai penopang. Lebih terpampang jelas wajah penuh konyolnya Fauzan yang malah semakin membuat Aira merindu gila.

Berpikir ulang dengan satu tebakan yang hampir ia lupakan.
"Hmm.... Oh, ini. Apa bedanya kamu.... dengan Borobudur?"
Memijat pelipisnya bingung akan menjawab apa. Sangat tidak nyambungnya mencari perbedaan dirinya dengan sebuah candi?

"Hmm.... Borobudur kan candi. Salah satu kuil Budha terbesar di dunia. Peninggalan sejarah berupa monumen yang ada di.... Magelang, Jawa Tengah kan Mas? Hubungannya dengan Aira apa?"

Terkikik sebentar sebab jawaban polos Aira malah mendeskripsikan sejarahnya candi Borobudur yang ia jadikan sebagai bahan tebakannya.
"Sekalian aja kamu dongengin mas dengan ilmu sejarah kamu. Bukan itu maksud mas. Mas lagi tebak-tebakkan Sayang, bukan lagi mau mengedukasi."

"Loh, terus jawabannya apa? Aira kan gak salah. Hubungannya dengan Aira apa coba? Mas suka banget buat Aira pusing. Dengan kelakuan Mas, omongan Mas."
"Ok, tenang dulu! Berarti kamu gak tahu jawaban sebenarnya apa kan?"

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang