🍂 Tanpa Kabar 🍂

325 38 20
                                    

"Mbak Aira kalau memang lagi gak fit, gak usah datang Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak Aira kalau memang lagi gak fit, gak usah datang Mbak."
"Mbak kira bakal kuat. Ternyata, lama berdiri ngebuat mbak juga mau tumbang. Pusing banget Nia."

Urutan pada tengkuk dengan mengandalkan minyak angin olesnya. Nia menatap iba bosnya yang sedari tadi mengeluh pusing dan hampir saja tak sadarkan diri. Sesekali lenguhan dan sendawa dari mulut Aira malah melepas kekehan Nia.

"Kamu ini dari tadi ngeledekin mbak terus. Kalau rasa pusingnya pindah ke kamu baru tahu rasa."
"Hihihi.... Jangan dong Mbak! Kalau Nia juga sakit, siapa dong yang bakal ngebantu kerjaan mereka?" Seloroh Nia dalam seriusnya mengurut area tengkuk dan dahi Aira. Benar-benar merasa nyaman setelah ketelatenan Nia merawat lemah dirinya.

"Jangan-jangan mbak Aira hamil nih. Soalnya, kalau Bunda bunting dulu, juga seperti ini. Ngerasa pusing dan bawaannya capek muluk. Apa kita gak ke klinik aja Mbak? Siapa tahu beneran hamil mbak Aira nya."

Terkekeh sebentar. Merutuki diri yang terus mendapatkan celetukan asal para karyawan yang terus menilai salah kondisi tubuhnya.

"Kok malah ketawa sih Mbak? Kan ada benarnya juga yang Nia bilang. Mbak ini belum ngasih kabar ke kita kalau Mbak udah mengandung atau belum. Pernikahan Mbak juga udah bisa lah memikirkan soal anak. Pasti Mbak hamil nih. Udah Mbak cek belum sih? Biar Mbak bisa jaga-jaga. Takutnya, Mbak terlena dengan aktivitas Mbak. Terlalu capek, terlalu sibuk bisa menyebabkan hal buruk loh Mbak ke janin Mbak nanti."

"Huffftttt.... Udah ya Nia! Mbak udah capek dan stres duluan sebelum kamu menyarankan mbak untuk mengecek kondisi lemah mbak ini. Hasilnya tetap negatif. Mau berharap, tapi kalau memang belum dikasih, mau bagaimana?"
"Masa sih Mbak? Mbak ngeceknya cuma pakai testpack? Enggak langsung ke Bidan atau Dokter gitu Mbak?"
"Memang baru testpack aja sih."
"Kenapa gak langsung ke Bidan atau Dokter aja Mbak? Biar valid."

Memang sudah terbesit dari awalnya. Memang sudah inginnya segera mengecek kondisi ke Dokter Kandungan langsung. Tapi, tetap usulan Fauzan yang ingin ia tepati.

"Suami mbak masih super sibuk. Sampai sekarang aja belum pulang. Gimana mbak mau mengecek ke Dokter Kandungan? Pergi sendiri? Enggak mau lah. Nanti ada hal lain di tubuh mbak, mbak jadi down sendiri."

"Oh, iya juga ya Mbak. Support sistem dari suami itu yang Mbak perlukan. Biar sama-sama paham."
"Tuh, kamu tahu."

"Nanti, kalau sekiranya mbak Aira sudah mengandung, wahhh.... pasti rempong juga ya toko Mbak. Pasti Mbak harus bed rest terus. Kalau ada keperluan yang mendesak bagaimana ya Mbak?"

Pemikiran jauh Nia malah menyita perhatian Aira untuk terikut membayangkan ke depannya. Menjadi berkhayal dirinya yang akan repot mengurusi diri sendiri, kehamilannya, tokonya dan suaminya. Kikikan kecilnya pun terlepas.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang