🍂 Bukan Mimpi 🍂

585 66 33
                                    

Semua tertunduk lesu masih menunggu kabar apa yang terjadi pada Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua tertunduk lesu masih menunggu kabar apa yang terjadi pada Aira. Kabar baik atau kabar buruk belum mereka dapati. Hanum masih dengan perasaan jengkelnya. Satu botol putih yang sudah ia temukan dalam rumah putrinya. Melihat pil yang sama pernah ia miliki dulu.

Ia tahu persis itu bukanlah pil biasa. Ia pernah mengalami hal kejam yang sama.
"Buk, gak mungkin seburuk itu."
"Terus siapa lagi yang meminum ini kalau bukan Aira? Obat ini pernah juga Ibuk minum. Bapakmu yang kasih Del. Waktu Ibuk mengandung Aira."
"Tapi gak mungkin juga Aira punya niatan untuk menggugurkan kandungannya Buk. Ini harapan Aira dan Fauzan kan?"
'Itu masih sangat ku pikirkan Del. Kalau bukan dari niatan putriku, lalu.... siapa?'

Pintu ruangan IGD sudah terbuka berbarengan dengan brankar yang terlihat sudah terbaring tenangnya Aira. Beberapa perawat langsung membawa Aira pada ruangan selanjutnya.

Sedangkan Dokter masih ingin menghadap ke pihak keluarga yang sudah menunggu kabar kondisi Aira. Hanum lebih dulu mendahului dengan pertanyaan gusarnya.

"Bagaimana Dok? Bagaimana dengan kondisi anak saya?"
"Alhamdulillah, semua aman. Sudah kami cek melalui pemeriksaan panggul dan USG. Alhamdulillah, tidak adanya pembukaan serviks (mulut rahim) dan dalam pemeriksaan USG pun Alhamdulillah nya juga kita masih bisa melihat kantung janin yang masih menempel pada dinding rahim. Janin masih berkembang dalam keadaan baik dan saya masih mendengar detak jantung janin yang normal."

"Kesimpulannya, ibuk Aira dinyatakan tengah mengandung calon baby dengan kurang lebih usia kandungannya sudah 6 Minggu. Itu prediksi saya setelah melihat ukuran janin yang masih terlalu kecil seumpamanya ukuran kacang polong. Memang lumayan berat yang ibuk Aira alami. Ini termasuk ancaman keguguran atau ilmu medisnya menyebut Abortus Imminens."

"Alhamdulillah.... berarti Adik saya benar lagi mengandung Dok?"
"Iya. Saat ini ibuk Aira sudah dalam keadaan tenang. Kita sudah beri obat penguat janin. Sementara kita infus dulu ya. Dan masih harus dirawat inap selama kurang lebih 2 atau sampai 3 hari. Energi buk Aira cukup lumayan terkuras. Jadi, harus masih dalam pantauan pihak kita juga."

"Hmm.... Apa suami dari ibuk Aira ada di sini? Karena ada hal penting yang ingin saya jelaskan. Agar ke depannya bisa selalu memawas diri untuk keselamatan janin dan buk Aira nya."
"Saya bisa mewakilkan Dok. Anak saya berjuang sendiri menahan rasa sakit tanpa adanya suami. Saya rasa anak itu tidak akan memperdulikan anak saya lagi."

"Buk! Ibuk jangan seperti ini. Tadi mas Arbani sudah berhasil menyampaikan langsung ke Fauzan nya Buk. Mungkin sekarang Fauzan masih di jalan pulang."
"Sudah seperti ini kejadiannya baru dia pulang?! Kemana pemikirannya Del?!"
"Buk.... Sudah ya. Nanti kita bahas kalau Fauzan nya benar-benar sudah di hadapan kita. Arbani yakin, Fauzan juga dalam keadaan kalut Buk."

Kericuhan yang sangat memanas. Hanum sudah sangat merasa kecewa dengan sikap Fauzan. Masih teringat bagaimana tangisnya Aira mengharapkan kabar suami yang sama sekali tidak memperdulikannya.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang