🍂 Kegalauan Aira 🍂

731 70 31
                                    

Seperti biasanya, perkumpulan para kaum sosialita menjadi ajang membanggakan kepunyaan diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasanya, perkumpulan para kaum sosialita menjadi ajang membanggakan kepunyaan diri sendiri. Kali ini, mereka bertandang ke kediaman salah satu teman satu circle mereka yang memang sengaja melakukan pertemuan sekadar mengisi waktu pagi kosongnya.

"Sesekali bisa dong kita liburan ke Luar Negeri bareng-bareng. Kita-kita aja. Para suami yang super sibuk ditinggal aja."
"Iya, juga ya. Terkadang suka kesal dengan suami kita sendiri. Terlalu sibuk. Udah tua malah semakin jarang menyenangkan hati istri yang butuh hiburan. Apalagi anak-anak kita. Sudah punya keasikannya sendiri sampai melupakan kehangatan keluarga."
"Benar banget. Sesekali asik kali ya kita quality time. Tinggalkan dulu urusan keluarga yang super riweuh."
"Ide bagus. Boleh diatur dari sekarang aja."

Kericuhan semuanya tidak ada yang berhasil menyita perhatian Mayang. Dirinya lebih sibuk membolak-balikkan katalog satu produk yang tengah ia pinjam dari kediaman Saras. Katalog terbaru yang sangat memanjakan matanya. Menilai barang branded apa lagi yang ingin ia koleksi.

"May! Kenapa diam aja sih?! Kamu gak mau ikutan bareng kita?"
"Lanjut aja! Aku kurang tertarik. Kalau udah tua begini, malah penginnya kumpul terus bareng keluarga."
"Kumpul bareng keluarga atau kamunya yang gak mampu ikut bareng kita? Hihihi...."

BRAKKK!
Menghentakkan katalog pada meja. Satu rival yang dari dulu memang selalu mampu menyulutkan emosinya.
"Tolong jangan kembali memancing keributan Dania!" Tegur Saras si Tuan rumah.

"It's ok, Saras. Aku cuma lagi bersemangat dengan satu tujuanku kali ini. Aku baru saja menemukan pilihan produk terbaru yang akan aku beli nanti. Terimakasih katalog nya. Tinggal menunggu mas Wira dan langsung singgah ke tokonya sebelum kehabisan."
"Cih! Seribu alasan. Kalau gak punya budget untuk rencana liburan kita bilang aja."

Sorotan tajam kedua manik Mayang seakan membalas begitu angkuhnya lawan yang memang sejak dulu selalu membuat masalah terhadapnya. Ia terus merasa bingung kenapa bisa-bisanya ia mengenal manusia tidak tahu diri seperti Dania.

"Aku masih beruntung yang tetap terus mendapatkan perhatian suamiku. Mas Wira memang super sibuk sama seperti suami kalian juga. Tapi sikap perhatiannya ke aku tetap gak pernah hilang. Sudah setua ini masih dimanja. Itu aja udah cukup. Maka dari itu, aku sangat tidak tertarik atas rencana kalian semuanya yang ingin bepergian tanpa bersama suami. Prinsip hubungan yang selalu aku dan mas Wira pegang. Kemanapun aku melangkah, tetap harus seizin suami dan bersama selamanya sejauh apapun. Sesimpel itu, tapi sudah sangat membahagiakan."

"Benar juga apa yang kamu katakan May. Jujur, sekaku atau secuek apapun suamiku, tetap ada rasa iba kalau melihat wajah capeknya. Banting tulang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi kita istrinya malah menyepelekan hal itu. Kalau rencana kita kumpul ramai-ramai bersama suami dan anak mungkin akan lebih menyenangkan. Supaya para suami dan anak-anak kita bisa saling akrab juga."
"Iya, sih. Ada benarnya juga. Ok, berarti kita batalkan perencanaan kita barusan."

Senyuman penuh kemenangan Mayang terbit dikala lirikan nyalang Dania menantangnya.

"Mom....!"
Derap langkah dan teriakan panjang menyita perhatian mereka.
"Clara, ada apa Sayang?"
"Mommy lihat high heels yang sering Clara pakai itu gak Mom?"
"Mana mommy tahu. Kamu tanya dulu dengan Bibik! Biasanya Bibik yang ngeberesin. Kamu kebiasaan terus. Pulang-pulang langsung ke Kamar membiarkan barang-barang kamu yang berserakan."
"Mom.... Clara capek dan ngantuk berat. Masa bodoh dengan barang-barang Clara."

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang