🍂 Assalamualaikum Calon Istriku🍂

724 70 14
                                    

Pada kediaman Aira, sudah tiba rombongan Pakde yang siang ini baru saja sampai pada perjalanan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada kediaman Aira, sudah tiba rombongan Pakde yang siang ini baru saja sampai pada perjalanan mereka. Pakde, Bude, Aisyah, Adam, Aiman, Fajar dan kakak kedua Ibunya beserta anak dan istri.

"Alhamdulillah.... Akhirnya sampai juga Mas, Mbak."
"Alhamdulillah. Seharusnya pagi kita sampainya. Cuma, nunggu Masmu ini."
"Hahaha.... Aku mesti amankan dulu Rumah Teduh. Dan mengizinkan Fajar pada pembelajarannya."

"Injih Bulek. Pada akhirnya, Fajar gak menyangka bisa menginjakkan kaki Fajar di Jakarta."
"Hahaha.... Jar.... Jar. Ngeroso koyok spesial banget to? Sama saja Jar. Sama-sama banyak lautan manusia."

"Tapi Jakarta lebih sesek daripada di kampung Mas. Itu yang membedakan. Jadi jangan merasa senang berada di sini. Fajar belum tahu saja gimana rasanya tinggal lama di Jakarta ini. Yo wis, masuk sek. Istirahat dulu."

Aira dan Hanum membantu mengangkut semua koper dan barang bawaan mereka. Dengan 2 mobil yang sudah membawa mereka pada kediaman Aira.

"Delia neng ngendi to?"
"Nanti sebentar lagi sampai Mas. Arbani gak bisa libur hari ini. Karena sudah mengambil cuti di saat hajat Aira besok. Jadi, Delia sibuk sendiri mengurusi semua bawaannya nanti. Apalagi, Albi sekarang sudah terlalu aktif. Kerepotan Mas."
"Yo iyo. Cah lanang memang lebih aktif daripada cah wedok." Sambung Bude.

Aira kembali datang bersamaan dengan minuman dan cemilan kue yang sudah ia persiapkan.
"Monggo Pakde, Bude, semuanya. Isi perut dengan cemilan ini dulu ya. Aira belum selesai masak."
"Waduhhh.... Sudah mulai to Aira? Belajar masak persiapan untuk calon bojo. Hihihi...."

Aira tersentak dengan celetukan menggoda Aisyah.
"Memang sudah dari dulu Aira suka memasak, mbak Aisyah. Kalau bulek gak sanggup, Aira yang menggantikan." Sambung Hanum sekadar membantu Aira agar tidak merasa malu.

"Emangnya kamu! Sudah sebesar ini gak tahu cara masak nasi. Jangankan nasi Num. Masak air saja selalu gosong."
Semua tertawa puas menertawakan Aisyah.

"Oh ya, jadi bagaimana? Sudah dikabari belum ke Aryo? Untuk menjadi wali nikah kamu besok Aira. Dan di lamaran kamu besok, kita wajib juga menyertakan Aryo. Supaya bisa mengenal dekat dengan keluarga calonmu."
"Iyo Num. Bagaimanapun, kita masih membutuhkan Aryo untuk menjadi wali dinikahan anakmu. Dan hubungan masih tetap tidak terputus to?" Sambung kakak kedua Hanum.

"Alhamdulillah, masih Mas. Cuma.... Ya.... Sampai kapanpun hanya Aryo saja yang masih mau menerima keluarga kita. Ibuk dan lainnya masih membenciku Mas."

"Yo ndak opo-opo Num. Men wae. Sing penting kita tetap berusaha menjalin silaturahmi dan berbuat baik saja. Alhamdulillah masih ada satu dari mereka yang waras dan tidak ikut-ikutan seperti yang lainnya."

"Besok kita langsung ke sana. Biar aku yang mendampingi. Meminta secara baik-baik dan sekaligus mengundang kehadirannya Aryo. Kita juga titip salamkan ke Aryo untuk memberitahu kabar hajatnya Aira. Setidaknya mereka tahu bahwa anaknya Wisnu akan menikah."

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang