🍂Hotel Nawangsa🍂

440 52 4
                                    

“Assalamualaikum, Ibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Assalamualaikum, Ibuk....”
“Waalaikumsalam.”
Aira tercekat dengan apa yang tengah Ibunya lakukan. Kedua maniknya menatap seluruh kekacauan halaman rumahnya.

“Astaghfirullah, Ibuk.... Kenapa semua tanaman-tanaman Ibuk pada hancur begini?”
“Ibuk gak tahu Aira. Tadi Ibuk ke Pasar. Pulang-pulang keadaan halaman sudah seperti ini. Bagian teras juga kotor dengan lumpur.”

Aira melangkahkan kakinya pada area samping rumah. Ada satu balok yang tergeletak. Balok tesebut juga terlihat sangat kotor.

“Apa di dalam rumah kita juga berantakan seperti ini Buk?”
“Enggak Aira. Cuma halaman kita saja yang kotor dan berantakan. Siapa yang sudah sejahil ini? Sampai hati mereka merusak semua tanaman-tanamanku.”

Seketika Aira mengingat kembali kejadian tempo lalu yang juga sama tejadi. Area luar rumahnya menjadi kacau. Sempat ia mendengar saksi mata dari tetangganya yang mengatakan bahwa ada seseorang yang dengan sengaja merusak kediamannya. Orang tersebut ialah salah satu anggota keluarga pria yang sempat melamarnya namun ia tolak. Dan kini, hal itu terulang kembali.

“Sudah Ibuk. Biar Aira saja yang menyelesaikan semuanya. Besok Aira tanam dengan tanaman yang baru Buk.”
“Usilnya kebangetan Aira. Ibuk geram. Siapa yang sudah setega ini? Sudah yang kedua kalinya.”

Aira cuma terdiam dan meredakan kemarahannya. Aira tidak akan pernah mau menyebutkan apa penyebab semua kekacauan ini. Lebih baik ia menuntun Ibunya masuk ke dalam rumah.

Aira sudah memasuki kamarnya. Ia mengunci dan meringkuk pada balik pintu. Ia menumpahkan seluruh tangisnya. Ia merasa kesal dengan semua orang yang terus mengganggu keluarganya. Kenapa mereka harus sedendam itu setelah apa yang diharapkan darinya tidak sesuai keinginan mereka. Semuanya juga bukan Aira yang minta.

Tidak sedikit yang meremehkan dirinya setelah semua pria yang ia tolak.
‘Apa salah kalau aku berhak memilih? Ya Allah.... aku mohon perlindunganmu. Janganlah Engkau jadikan diriku sebagai cobaan keluargaku. Aku sadar, aku juga masih banyak kekurangan. Tapi aku juga berhak bersikap seperti itu ke semua laki-laki yang mencoba mendekatiku. Aku takut ya Allah. Aku takut salah memilih. Aku mohon ya Allah.... Lindungi diriku dan keluargaku. Dekatkan kami dengan orang-orang yang tulus, beriman dan bisa memberikan rasa aman. Hiksss.... hiksss....”

Tangisan teredam Aira terhenti. Ia tidak mau terlalu lama berlarut-larut. Ia bangkit dan berniat untuk membersihkan dirinya. Mengambil wudhu dan menunggu waktu Magrib. Menenangkan dirinya dalam Salat lebih baik.

💐~💐

Fauzan berdiam diri pada balkonnya. Menghirup udara malam sembari menenggak sebotol Wiski nya. Menatap berulang kali 2 foto dirinya dan Aira. Sangat lucu dan berkesan untuknya.

“Papa benar-benar gak percaya diri mendekatkan Aira dengan kamu yang kelakuannya kayak setan begini.
Papa berharap kamu bisa memikirkan untuk tobat secepatnya. Karena Aira sangat berharga. Bukan perempuan sembarangan yang gampang untuk kamu bujuk rayu dengan gombalan buaya kamu itu. Dan ingat! Tinggalkan kehidupan liar kamu! Itu pesan dari papa.”

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang