🍂Tamu Pakde🍂

533 69 21
                                    

"Alhamdulillah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alhamdulillah.... Baik nak Arbani. Om sangat berterimakasih atas infonya dari kamu. Jujur, kita benar-benar sudah stres memikirkan kemana nya anak itu."
"...."

"Iya, om serahin semuanya ke kamu. Bujuk anak itu cepat pulang. Mamanya di sini terus menangis, terus berpikiran yang enggak-enggak. Sekali lagi om ucapin terimakasih ke kalian semuanya."
"...."
"Waalaikumsalam."

Menghela napas leganya. Beruntung selama beberapa Minggu ini penyakit jantungnya tidak kambuh.
"Sudah ku bilang, Fauzan hanya menenangkan dirinya. Kalian terlalu ikut campur urusan anakku. Fauzan.... Fauzan. Ada-ada saja kamu." Gerutunya.

Dengan cepatnya ia menyudahi aktivitasnya pada kantor. Wira memilih lebih cepat pulang dan segera menyampaikan informasi penting mengenai kabar anaknya.

💐~💐


"Aira!"
Dengan mata nyalangnya Aira kesal dengan panggilan yang terus saja berasal dari satu suara yang sama. Terus bertemu di setiap ia tengah bersenang-senang dengan teman-temannya. Pria itu menahan pergelangan tangannya saat ia hendak lebih memasuki satu ruangan lainnya.

"Udah dari tadi kamu di sini. Pulang Aira!"
"Kamu siapa?! Kamu orang yang sama kan?! Kenapa setiap aku ke sini, kamu terus mengikutiku?! Cowok sinting!!" Menepis kuat hingga membebaskan ia untuk kembali masuk.

"Aira!"
Hari yang berbeda. Lagi dan lagi Aira dikejutkan dengan siluet pria asing yang ia rasa tetap pria yang sama. Memutar kedua matanya jengah. Ia tetap mencoba mengikuti alunan musik DJ yang dimana sangat ramainya digemari anak-anak muda di club yang sudah beberapa kali ia kunjungi.

Tatapannya terus berusaha menajam sekadar ingin menggertak pria asing itu untuk pergi. Namun, tetap betah berdiri tanpa sedikitpun ikut menari seperti yang lainnya. Hingga Aira semakin kesal dan menyirami kasar ke arah pria tersebut.

SPLASHHH!
Tepat mengenai baju dan sedikit memercik pada wajahnya.
"Jangan terus ikut campur urusanku!!"

DEP!
Lagi dan lagi Aira bermimpi yang ia rasa seperti nyata di saat 7 tahun silam lamanya yang ia lalui dulu. Benar-benar terulang yang sama dengan sikap kasarnya dulu.

Ia terus memimpikan sosok Fauzan di kala itu. Ia benar-benar baru mengenali parasnya. Sekian lama, Aira baru mengingat semuanya. Setiap malam sering dirinya memimpikan sepotong masa lampau nya yang pasti akan selalu ada Fauzan dalam mimpinya. Dan itu semua berputar layaknya kaset lama yang diputar ulang kembali.

'Apa benar ini semua jawaban dari-Mu? Hatiku terus bimbang. Ada kalanya ingin menolak keputusanku, tapi ingatanku selalu dikembalikan pada masa laluku. Dan tetap mas Fauzan yang hadir. Ya Allah.... Kenapa takdir dari-Mu yang sebenarnya tidak ku inginkan yang harus kujalani? Tapi mas Fauzan benar-benar sangat berjasa pada keluargaku. Aku selamat, kehidupan Ibuk juga bahagia sampai saat ini sebab mas Fauzan. Aku gak mau terus-terusan merasa bersalah dan merasa berhutang budi atas semuanya yang mas Fauzan lakukan. Permudahkan segalanya ya Allah. Buat diriku semakin yakin dengan keputusanku ini. Amin yaa rabbal alamin.'

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang