🍂Pergi?🍂

465 60 9
                                    

Namira membawa Aira untuk menemani dirinya mengelilingi semua area Mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namira membawa Aira untuk menemani dirinya mengelilingi semua area Mall. Ia memanfaatkan waktu yang singkat untuk bersenang-senang ala wanita. Berbelanja apa saja sesuai keinginannya. Beruntung Aira mau mengikutinya. Dengan berbagai macam cara pun Namira lakukan agar Aira tidak menolak semua tawaran barang apa saja yang ia berikan.

Aira terus tersenyum melihat kelakuan Namira yang ada-ada saja selalu memaksanya. Tidak sangkanya ia bisa mengenal dekat sosok Namira yang sangat baik hati, periang dan penuh dengan canda tawa. Semua perlakuannya sangat tulus.

"Kamu lapar kan? Soalnya aku udah lapar banget Aira. Kita cari tempat makan yuk!" Langsung menarik tangan Aira pada salah satu gerai makanan.

Mencari tempat yang kosong.
"Kali ini Aira yang traktir."
"Apaan sih? No, Aira! Tetap aku."
"Mbak Namira.... Sedari tadi Mbak udah banyak banget beliin Aira semua barang-barang ini. Sekarang Airanya yang membalas kebaikan Mbak."

"Emang perlu banget ya harus ngebalas kebaikan orang? Aku gak minta imbalan apapun Aira."
Aira terdiam menanggapi pertanyaan Namira yang sedikit mengingatkannya pada seseorang.

"Memang gak bisa ngebalas setimpal dengan kebaikan apa aja yang Mbak berikan ke Aira. Tapi tetap ada rasa gak enak hati dari Airanya, Mbak."
"Alahhh.... Kamu ini. Sesekali gak apa-apa Aira. Kita kan best friend forever. Aku akan memperlakukan siapapun dengan baik dan dengan rasa nyaman."

Aira menunduk sembari masih memikirkan hal lain. Tidak ia sangka gerai makanan yang mereka singgahi berseberangan dengan gerai makanan yang dulu pernah ia singgahi juga. Masih teringat bagaimana dirinya, Albi dan Fauzan kala itu.

'Bagaimana dengan mas Fauzan sekarang? Aku benar-benar merasa bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan ke mas Fauzan.'

Namira mengibas-ngibaskan tangannya di pandangan Aira yang pada akhirnya berhasil mengembalikan kesadarannya.

"Ngelamunin apaan sih? Atau.... Kamu mau ke tempat itu ya? Kamu lagi pengin makan disitu?"
Aira menggeleng dengan cepatnya.
"Enggak kok Mbak." Tersenyum kikuk.

Mereka menunggu makanan yang sudah mereka pesan. Keterdiaman mereka membuat Namira teringat sesuatu. Niat awalnya. Membawa Aira sebenarnya ada yang ingin ia ceritakan.

"Aira, sebenarnya.... ada yang mau aku ceritakan ke kamu. Tapi gak tahu kamu bakal percaya dengan ceritaku atau gak."
"Maksud mbak Namira apa? Cerita aja Mbak. Aira siap mendengarkan semua cerita Mbak."

Namira tersenyum simpul sejenak. Ia dengan kikuknya mulai menceritakan apa yang sudah ia lalui beberapa waktu silam.

"Kamu percaya gak, beberapa hari kemarin aku dijodohin?"
Aira membelalakkan matanya.
"Ya percaya aja dong Mbak. Mbaknya kan cantik. Siapa sih yang gak mau punya menantu cantik dan baik seperti Mbak. Hihihi...."

"Sama Fauzan."
Aira terdiam dan mengamati raut serius Namira.

"Fau-zan??"
Namira mengangguk mengiyakan maksud Aira.
"Kamu pasti tahu Fauzan siapa yang ku maksud. Fauzan yang sama-sama kita kenal."

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang