🍂Kesal Aira🍂

473 56 9
                                    

Fauzan masih setia berdiri, kebingungan dengan kehadiran pria yang sudah menegurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fauzan masih setia berdiri, kebingungan dengan kehadiran pria yang sudah menegurnya. Ia mengernyitkan dahinya.

"Kenapa? Kamu pasti bingung kenapa aku bisa ada di sini. Kita sudah saling mengenal tapi kamu belum tahu siapa aku sebenarnya. Tante Rina, itu Mamaku dan Lisa itu kakakku."

Fauzan membulatkan matanya. Ia benar-benar terkejut dengan pengakuan Dafa saat ini. Dafa dengan angkuhnya melangkah lebih mendekat dan menghunuskan tatapan nyalangnya.

"Kamu tahu bagaimana karakter kakakku. Semisal Lisa tahu hal ini, aku gak akan tega melihat Aira disakiti. Kamu sudah menghancurkan harapan Lisa. Jadi aku yakin, Aira akan terancam. Lisa itu gila. Jadi aku harap, kamu bisa menjauh dari Aira."

Fauzan masih terpaku dengan sorotan mata yang sangat tidak menyukai perkataan Dafa. Seakan mengancam dan mengaturnya.

"Ini bukan urusan kamu Daf...."
"Dafa?"
"Hai, Aira." Sapanya membalas sapaan Aira yang mulai menghampiri mereka.

"Ternyata ini benar kamu. Dari jauh aku udah mengenali kamu Aira."
"Kamu kok bisa ada di sini juga? Sama siapa?"
"Mama dan Lisa."

Fauzan tercekat. Ia mendengar bahwa Dafa menyebut nama wanita yang benar-benar ia hindari. Sekilas Dafa menyunggingkan senyum melecehnya. Ia tahu gelagat Fauzan yang gelisah di saat ia mengatakan bahwa Lisa juga ikut bersamanya.

"Aira, kita pulang sekarang ya?" Pinta Fauzan dengan gusarnya.
"Kenapa Mas? Aira merasa gak enak kalau langsung pulang gitu aja."
"Enggak apa-apa Aira. Acaranya masih lama. Kamu pasti bosan juga."

"Aira bisa pulang dengan aku. Kamu yang punya acara kenapa harus kamu yang pergi. Enggak sopan banget."
"Ini bukan urusan kamu!"

Aira tersentak dengan nada amarah Fauzan. Dan detik selanjutnya, Fauzan tetap memaksanya untuk pergi menjauh dari area acara. Sedikit merasa tidak suka dengan cara Fauzan.

Fauzan memang sudah melihat ada kehadiran Lisa. Beruntung wanita gila itu tidak menyadari keberadaannya.

"Mas kenapa sih? Aira juga belum pamit dengan Papa dan Mamanya Mas."
"Enggak apa-apa Aira. Nanti aku kirim pesan ke Papa. Aku juga udah merasa bosan dengan acara Mama."

Melajukan mobilnya. Tidak memperdulikan keterbingungan Aira. Aira menyenderkan tubuhnya pada kaca mobil Fauzan. Ia lebih memilih memandangi area jalanan yang Fauzan telusuri.

'kenapa sih? Apa ada yang salah? Aku merasa gak enak dengan pak Wira. Mas Fauzan aneh.'
Fauzan tersenyum sembari melirik berulang kali Aira yang lesu.

'Maaf Aira. Aku gak mau kamu ketemu dengan Lisa. Perempuan parasit, gila dan aku mempercayai perkataan Dafa. Kalau Lisa tahu kehadiran Aira di dekatku, dia pasti berbuat yang tidak baik ke Aira.'

Aira menegakkan posisinya. Ia melihat sekitaran jalanan yang berbeda dengan jalur kediamannya.
"Mas! Kita mau kemana? Ini bukan arah rumah Aira."
"Aku tahu."
"Terus?"

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang