🍂 Menjadi Asing 🍂

908 75 53
                                    

Aira bolak balik terus menerus memilah-milah pakaian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira bolak balik terus menerus memilah-milah pakaian mereka. Fauzan sedikit gelisah melihat Aira yang terlalu sibuk dalam kondisi belum fit sepenuhnya. Sesekali Aira memijat pelipisnya yang masih saja berdenyut.

"Kamu yakin? Atau kita bisa datang saat acaranya aja Aira. Biar mas sampaikan ke Oma sekarang."
"Huffftttt.... Mungkin Oma perlu bantuan kita Mas. Aira juga gak enak menolak permintaan Oma. Kan ada obat yang Mas belikan. Aira teratur minum obatnya kok."
Membuka lemari bagian pakaian kerja Fauzan.
"Mas ke kantor kan hari ini?"
"Iya, sebentar aja. Nanti mas pulang lagi."

Aira menunjukkan 3 setel pakaian kerja Fauzan.
"Yang ini aja ya? Lain kali kita harus menambah stok pakaian kerja Mas. Terlalu sedikit banget. Kelihatannya itu-itu aja yang Mas pakai."
Mengulas senyum singkatnya. Ia hanya berdiri menyandar melihat keasikannya Aira. Ingin membantu namun langsung ditolak Aira.

'Aira yang seperti ini hanya sementara Zan. Di hari berikutnya, pasti seperti biasanya lagi. Terkadang, kamu terlalu memaksakan untuk baik-baik aja Aira. Kamu tersiksa. Ini semua bukan ingin kamu.'

"Udah selesai!" Terduduk lemas bersila pada lantai. Mengulas senyum lebarnya di hadapan Fauzan.
"Kok Mas belum mandi juga sih? Cepat mandi Mas! Biar Aira siapkan sarapan kita dulu."
"Ok."
Langkah cepat Aira meninggalkan lebih dulu Fauzan yang masih terdiam memperhatikan semangatnya Aira hari ini.

Ia memilih mandi, mempersiapkan dirinya dan turun ke bawah membawa semua perlengkapan mereka yang sudah Aira susun dalam satu koper kecil. Untuk menginap 3 hari sesuai keinginan Omanya.

Beralih pada area Dapur. Aira mempersiapkan sarapan pasta pagi ini. Ia lupa untuk mengajak Fauzan membeli bahan-bahan masakan kembali. Untung saja masih ada sebungkus Pasta yang tersisa dan bahan-bahan masakan lainnya. Ia campur menjadi satu menu.

2 piring sudah ia isi dengan Pasta dan 2 gelas Jus Apel. Ia letakkan pada meja makan. Membersihkan sebentar bagian meja pantry. Derap langkah Fauzan sudah terdengar. Langsung mengambil tempat pada salah satu kursi.

"Aira lupa Mas. Persediaan Dapur habis. Untung aja masih ada satu bungkus Pasta dan bahan-bahan masakan lainnya yang gak seberapa."
"Kalau kita gak menginap, mungkin pulang kerjanya kita bisa langsung keluar mencari kebutuhan Dapur. Aira.... Kalau nanti kamu benar-benar merasa capek, bilang aja ke Oma. Pasti sibuk banget mengurus ini itu."
"Aira paling gak suka berdiam diri lama-lama di rumah Mas. Penginnya ada kegiatan. Aira juga mau mengenal dekat keluarga Mas semuanya. Mas jangan sekhawatir ini ya." Sunggingan senyuman ia tampilkan.

Menyodorkan lebih dekat Pasta untuk Fauzan.
"Pimpin doa Mas!"
Fauzan mengangguk dan menuntun doa makan untuk mereka berdua. Makan pada keheningan. Gerakan lambat makan Fauzan terlihat berbeda dari biasanya. Sesekali Fauzan juga terus memperhatikan handphonenya. Tidak ada obrolan seperti biasanya.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang