🍂Kesempatan Untukku🍂

543 61 2
                                    

“Mas Fauzan kok bisa ada di sini?”“Selamat ya Aira, atas kelulusan S1 kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mas Fauzan kok bisa ada di sini?”
“Selamat ya Aira, atas kelulusan S1 kamu. Semoga kamu suka bunganya.”
Menerima dengan ragu.
“I-iya Mas. Terimakasih.”
“Aarghhh....!!!”
Ia menggeram dalam kamarnya.

Sepulang kelulusannya, pemikirannya terus terpusat ke satu sosok pria yang terlihat begitu dekat dengan Aira.
“Siapa dia Aira? Wajahnya seperti tidak asing ku lihat.”

“Dafa.... Ayo turun! Makan siang dulu Sayang!” Teriakan nyaring Mamanya sangat mengganggu gendang telinga orang-orang yang berada di rumah ini.
“Dafa....!!!”
Ia pun segera bangkit dan turun dengan langkah yang cepat. Teriakan Mamanya tidak akan berhenti hingga si pemilik nama muncul di hadapannya.

“Iya Ma. Dafa ngantuk Ma. Penginnya tidur aja Ma.”
“Calon Dokter gak boleh malas makan.”
“Dengerin tuh kalau Mama kamu yang super duper judes ini sudah berkata. Jangan dibantah! Sakit telinga Papa.”
“Papa!!” Mencubit pinggang sang Papa.

“Makan yang banyak Dafa!” Sambil menaruh semua lauk pauk yang terhidang.
“Udah Ma, cukup! Berlebihan juga gak baik.”
“Mama masak semua ini untuk dimakan. Bukan sebagai pajangan.”
Dafa hanya terdiam tak menanggapi.

“Kalau hanya kita bertiga yang harus menghabiskan, gak sanggup. Putri kesayangan kamu itu mana? Adiknya lagi wisuda malah gak datang.”

Mama Dafa melirik tak suka ke arah suaminya. Dafa menghela napasnya. Setelahnya ia paham apa yang akan terjadi. Perdebatan sengit kembali akan dimulai.

💐~💐

Fauzan menuntun mereka memasuki Restaurant bintang lima yang sudah tak asing lagi baginya.
“Selamat datang pak Fauzan! Mari Pak, saya antar ke ruangan yang sudah Bapak reservasi.”
“Baik, Nola.”
Fauzan mendahului keluarga Aira untuk berjalan lebih dulu.

Fauzan mengatur tempat duduk untuk mereka. Tak terkecuali Aira yang sangat ia berikan perhatian penuh. Sikapnya menjadi pusat perhatian semuanya. Ibuk dan Arbani tersenyum simpul. Beda hal dengan Delia yang masih menatap dengan sinisnya.

“Tolong sajikan semua makanan terbaik yang ada di sini!”
“Baik pak Fauzan. Makanan terbaik untuk para tamu spesial Bapak. Hihihi....”

Arbani masih terpaku melihat perlakuan pelayan yang begitu ramah dan seperti sudah tak sungkan berbicara banyak dengan Fauzan.

“Kamu sudah sering ke sini Zan?”
“Enggak kok.”
“Perlakuan mereka ramah banget ke kamu.”
“Mereka caper. Menarik perhatian sosok tampan seperti Fauzan. Dimana Fauzan, di situ lah barisan para perempuan-perempuan ganjen.” Celetuk Delia mendeskripsikan.

Suasana menjadi hening. Penjelasan panjang lebar Delia terkesan menyindir Fauzan secara halus.

“Hahaha.... Bukan Del. Mereka itu karyawanku.”
Delia terkejut dengan pengakuan Fauzan.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang