Tentang Sejarah

23 18 0
                                    

Dua sepasang manusia saat ini
tengah membelah jalan raya
dengan perasaan yang masih
abu-abu. Senyum keduanya sejak tadi terbit, merasakan debaran yang luar biasa.

Mungkin, jalanan raya saat ini
adalah saksi pertama kali Fajar
berboncengan dengan perempuan si pemilik senyum manis.

"Bul, ada yang ingin gue tau
tentang lo." Ucap Fajar sedikit
berteriak agar perempuan
dibelakang nya mendengar
ucapannya.

"Apa, kak?"

Fajar agak memelan motornya,
menikmati jalan dengan angin
yang menusuk keduanya.
"Masalalu lo, belum lo lupain ya
Bul?"

Alora agak mengernyit tak
mengerti. "Masalalu apa Jar?"

"Mantan Bul."

"Bul, sebelum gue masuk ke
dalam hidup lo. Gue ingin tau, apa masih ada orang lama yang masih singgah di hati lo?" Tanya Fajar, meski ia takut menyinggung perempuan itu. Fajar merasa hal ini harus ia cari tau terlebih dulu, agar dia tau harus maju dengan cara yang bagaimana.

"Entah lo denger dari siapa
tentang ini, tapi lo salah Fajar." Bulan agak memajukan kepalanya di dekat telinga laki-laki itu. Suara angin saat di motor benar-benar membuatnya sulit berbicara takut Fajar tidak kedengaran.

"Gue belum pernah jatuh cinta,
apa lagi pacaran." Sambung
perempuan itu.

Fajar tersenyum di balik kaca
helmnya. Berarti kali ini, mungkin Fajar akan jatuh cinta dengan perempuan yang belum tau makna jatuh cinta itu seperti apa. "Bul, lo ingin jatuh cinta dengan orang seperti apa?"

Perempuan itu diam memikirkan jawaban untuk pertanyaan Fajar. "Mungkin, gue ingin jatuh cinta dengan orang yang selalu memberitau gue tentang apapun yang belum gue tau, Jar."

"Gue ingin jatuh cinta, dengan
orang yang selalu menganggap gue ada."

Fajar menatap perempuan itu
dari balik kaca spion motornya.
Jawaban Bulan, benar-benar
membuatnya ingin maju, tapi
dengan perasaan yang lebih
matang. Fajar tidak ingin masuk
kedalam hidup Bulan dengan
perasaan yang tidak pasti.

Apalagi, perempuan ini belum pernah jatuh cinta. "Tunggu gue ya, Bulan. Gue mau mempersiapkan perasaan gue sendiri yang masih berantakan. Kalau nanti semesta kasih gue kesempatan buat bikin lo jatuh cinta, gue harap hati gue udah siap untuk lo." Perempuan itu tertawa pelan, ucapan Fajar berhasil membuatnya

merasakan banyak kupu-kupu yang berterbangan di sekitar perutnya, seperti kata orang-orang yang sedang jatuh cinta. "Gue juga Kak, gue juga akan mempersiapkan diri sebelum ngasih lo izn untuk
masuk ke hidup gue, Fajar."

"Terimakasih Bulan."

"Sama-sama Fajar," Jawab perempuan itu dengan senyum
merekah.


🍃🍃🍃



Sekitar 10 menit setelah
perbincangan tadi, dua pasang
manusia berhenti di sebuah
warung nasi goreng, mengisi
perutnya yang terasa sama-sama lapar.

"Bul, lo suka sejarah?" Tanya laki-laki itu, setelah memasukan
suapan nasi goreng kedalam
mulutnya.

"Kurang Jar, kenapa?"

"Yah, sayang sekali Bul. Padahal
sejarah banyak hal menarik kalau kita semangkin ingin tau." Jelas Fajar pada perempuan itu.
Bulan menarik nafas dalam,
menikmati angin dingin yang
menyelimuti keduanya dalam perbincangan, Sejarah.

"Sejarah ada, untuk dikenang Bulan dan gue ingin menjadi sejarah di hidup lo."

Perempuan itu diam mencerna
segala ucapan-ucapan yang
keluar dari mulut Fajar. "Kenapa
harus menjadi sejarah jika bisa
membuat masa depan bersama?"

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang