Ruang Temu

9 8 0
                                    

Langit berdiri di antara kerumunan orang-orang di area balapan, tersenyum smirk menatap ke arah Gean.

"Gausah sombong lo!" Gean
menyalakan mesin motornya, lalu pergi.

"Udah kalah gak pernah mau
ngalah bang?" Teriak Angga sengit.

Langit membiarkannya pergi,
malam ini kemenangan berada
di pihaknya lagi. Laki-laki itu
memakai helm fullface nya dan
beranjak pergi diikuti yang lain.
6 inti Vagos, menjalankan
motornya mengelilingi kota
jakarta malam ini karena
kemenangannya.

"Huu, ketua Vagos gak ada lawan
bor!" Teriak Angkasa heboh, semua tertawa di atas motor, termasuk Fajar yang juga ikut meramaikan jalan.

Kota jakarta malam ini sunyi,
hanya ada beberapa pengendara
lain karena sudah tengah malam, Fajar melirik spionnya karena
sejak tadi ada yang janggal.

Fajar memincingkan matanya saat dua orang berbocengan tiba-tiba mendekat ke arah motor Angkasa.

"SA AWAS SA!!!!"

Brakkk

Fajar dan yang lain berhenti,
"Anjing!" Langit menaiki gas
motornya, mengejar dua orang
yang menendang motor Angkasa
tiba-tiba. Disusul Fajar dari
belakang, sedangkan Sean dan
yang lain membantu Angkasa.

Fajar ikut mengejar dua orang
tadi, dengan kecepatan tinggi,
menendang kuat motor itu saat
tepat berada di sampingnya.
Langit menarik kerah salah satu
cowok berjaket dengan simbol
Roger. "Brengsek, gak nerima
kekalahan bos lo anjing!"
Fatah, salah satu yang menendang motor Angkasa yang sudah sangat di kenal oleh Fajar dan Langit. Fajar menendang perut laki-laki itu sampai terjatuh di tanah.

Sama dengan Langit yang juga
menghabisi teman Fatah, sampai
laki-laki itu pingsan. Fajar
menahan tubuh Fatah di tanah.

"Siapa yang nyuruh lo tai, Gean?"

Fatah mengangguk ragu, serta
takut menatap mereka berdua.
"Ge..Gean yang nyuruh kita buat
celakain anak Vagos."

"Brengsek," Langit menendang
tubuh Fatah, sampai laki-laki itu
kesulitan bangun.

"Gimana Angkasa?" Langit melihat dari balik kaca ruangan.

"Aman, kita tinggal dokter keluar
aja."

Setelah menunggu beberapa
menit, tak lama seorang dokter
perempuan keluar dengan seorang perawat.

"Gimana keadaan teman saya
dok?" Tanya Fajar menghampiri
dokter itu.

"Teman kamu baik-baik saja,
hanya ada beberapa luka dan
bagian kepalanya terbentur, jika
besok sudah stabil makan sudah
boleh pulang." Semua bernafas lega mendengar penjelasan dokter itu. "Kalau gitu saya permisi dulu," "Baik dok, makasi."

Angga berlari masuk duluan dengan suara tangis namun tidak dengan air mata. "AAAA Angkasa, temen gue!"

Angkasa melepaskan Angga dari
tubuhnya, "lepas anjing, alay banget lo."

"Ih, omongan lo tai. Gue khawatir Sa sebagai temen terbaik lo. Gue takut ntar kalo gak ada lo gak ada yang nemenin gue beli cilok lagi."

Sean berdecak malas. "Kayaknya bukan kepala lo deh Sa yang bermasalah, Angga ni yang perlu di rontgen."

"Tau ni bocah heboh baner
dah," Tambah Bumimengompiri.

"Gimana, aman kan Sa?"

"Aman sih, tapi jangan bilang
nyokap lah, ntar di khawatir, lo
pada kalo di tanyain bilang aja gue nginep di rumah Angga." ucapnya memohon.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang